Taehyung selalu bertanya-tanya dalam hatinya.
Sejak kapan hidupnya penuh kemendadakan? Selalu ada saja hal-hal yang dia ingin tak terjadi atau tak pernah dia pikir akan terjadi.
"Taehyung-ah, keluarga kita diundang untuk menghadiri acara bisnis dari kolega keluarga kita, dan kau harus datang. Kau berangkat kemari hari ini, sore, supaya sampainya malam dan masih bisa buat istirahat. Acaranya besok malam memang, tapi apa salahnya 'kan? Toh eomma juga sudah rindu dengan Hara. Oh ya, ajak Hara juga oke? Eomma marah kalau kau tidak membawanya sekalian."
Itulah isi dari pesan ibunya beberapa jam yang lalu, dirinya tentu saja kesal bung, ibunya bukannya merindukan anaknya sendiri malah merindukan anak orang lain. Reaksi Hara pun cukup senang, anak itu berteriak dan gadis itu serta ibunya berceloteh ini-itu, seperti kedua orang wanita yang sedang bertelepon pada umumnya.
Dan sekarang dia sedang duduk di sofa ruang tamunya, sambil melihati Hara yang mondar-mandir mengurus pakaian apa yang akan dikenakannya nanti sore.
Padahal sebelum-sebelumnya gadis itu berpakaian asal, kenapa kali ini dia terlihat berpikir keras?
Taehyung menyilangkan lengannya ke dada, menatap jengah makhluk yang masih bergerak layaknya setrika. Ke dapur, lalu ke kamar lagi, ke rak pakaian, lalu ke dapur lagi. Taehyung menghela napas.
"Ya, diamlah, aku pusing melihatmu."
Hara yang ada di kamar menoleh, menatap Taehyung yang juga menatapnya.
Oh sial, Taehyung dengan rambut hitam sungguh berbahaya, tatapan tajamnya itu sangat cocok dengan warna rambutnya, terlihat berwibawa dan dingin.
Tipe Hara sekali!
"Ekhem, ya terserahku, aku 'kan berusaha tampil baik."
"Acaranya itu besok, besok malam, ini masih jam makan siang."
"Oh ya? Apa kau hanya mau bilang ingin kubuatkan makanan? Kau lapar?"
Taehyung sedikit terkesiap, tapi berhasil ditutupinya dengan ekspresi wajahnya yang cuek. "Tidak, kenapa aku—"
Dan suara perut salah satunya berbunyi, Hara tersenyum lebar dan Taehyung yang mematung di tempatnya. Dasar, perutnya tidak tahu tempat malah menangis.
"Arraseo, aku akan masak, sabar ya."
Hara bangkit, pergi menuju dapur dan menyiapkan wajan serta bahan-bahan dari kulkas. Taehyung hanya diam, berdeham pelan dan beranjak dari sofa menuju meja makan. Dia menatap gadis itu dari belakang, bagaimana Hara mondar-mandir layaknya seorang istri yang sibuk menyiapkan masakan untuk keluarganya.
Astaga, enyahkan pemikiran itu dari kepalamu, Kim Taehyung, kau tidak boleh berpikiran aneh seperti itu.
Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya, menepuk pipinya dan kembali menatap ke depan.
"Ya, aku suka ekspresimu tadi, lebih terkesan misterius. Kau harus begitu saat acara nanti, oke?" Hara berujar tanpa berbalik.
"Apa tidak terlalu kaku?" tanya Taehyung, dia merasa begitu.
"Hmm, sedikit, tapi itu membuatmu lebih berwibawa, kalau kau memakai pakaian casual khas seorang CEO, ya ampun! Aku tidak mau membayangkannya, kau sangat hebat," Hara menoleh ke belakang, melirik Taehyung sebentar lalu kembali memasak.
"Benarkah?"
"Iya, benar, percaya padaku. Dan, besok aku akan menyiapkanmu, kau akan tampil menawan dan wah!"
Taehyung memicing, "Kau yakin? Apa aku bisa percaya padamu?"
"Tentu saja, kau tidak akan kecewa!" Hara berbalik, mengangkat sudipnya dan menatap Taehyung penuh keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Called ; Kim Taehyung
Ficção Adolescente"Jaga dia, ikuti kemanapun dia pergi. Bantu dia, hidupnya bergantung padamu." ♨ update 1 minggu sekali © muzzlemoon