"Mwo!? Minggu depan!?" Taehyung berteriak di tempatnya duduk, sofa ruang tamu.
"Ya, mereka memajukan tanggalnya sebagai syarat agar mau menanamkan saham di perusahaan. Kami sudah memberitahukannya padamu," ujar Yonjae.
"Kami mengerti perasaanmu. Tapi, demi kebaikan semuanya, appa meminta tolong padamu, Taehyung-ah."
Taehyung terdiam, kepalanya menunduk dengan pikiran berkecamuk. Ayah dan ibunya kembali saat pagi setelah dirinya dan si gadis sarapan, dan mengajaknya untuk bicara, lalu menceritakan semuanya.
Hara yang tengah bersender di bingkai jendela kamarnya terlihat gelisah. "Astaga, hujannya semakin deras," gumamnya.
"Kenapa kalian lakukan ini padaku? Jangan mengatur-ngatur hidupku!"
"Kami tidak begitu, Taehyung-ah, kami hanya ingin yang terbaik untukmu," sahut sang ibu.
"Yang terbaik untuk kalian," geram Taehyung lalu beranjak dari sana menuju kamarnya, menghiraukan panggilan sang ibu yang berteriak memanggil-manggil namanya.
Tak lama dia kembali, dengan hodie putih, celana jeans juga sneakers hitamnya serta kunci mobil di genggamannya. Mata Yonjae melebar saat melihat ponsel lama sang anak yang telah disembunyikannya dulu ada di genggaman kanannya.
"Taehyung-ah, ponselmu! Kim Taehyung!" teriak Yonjae, tetapi tak digubris karena Taehyung telah keluar dari kediamannya.
"Bagaimana bisa dia menemukan ponsel itu?" Yonjae menoleh kepada sang suami.
"Entahlah, kau sudah menyembunyikannya 'kan?"
"Ya, aku menyembunyikannya di tempat yang tidak mungkin dia lihat. Tapi, dia menemukannya, bagaimana bisa?"
Donghyuk menggeleng.
Sedangkan di luar, Taehyung mengendarai sedan hitamnya di jalanan yang cukup ramai. Dia masih cukup waras untuk tak ugal-ugalan di jalanan dan bisa saja berakhir kecelakaan karena emosinya.
Meraih ponsel yang ada di bangku penumpang sebelahnya, mengeluarkan selembaran putih dari sakunya dan mengetikkan digit nomor yang ada di kartu nama milik Jennie yang diberikan gadis itu sebelum mereka berpisah, dan menempelkannya ke telinganya.
Nada sambungan terdengar.
"Yoboseyo? Siapa?"
"Ini aku, Kim Taehyung, kau ada dimana?"
"Oh, Taehyung-ah, aku ada di luar dengan kekasihku, kenapa?" Jennie terkekeh di akhir.
"Bagus, kirim lokasinya, aku ingin bicara dengan kalian."
"O-oke, akan aku kirim."
Dan sambungan berakhir, Taehyung kembali melempar ponsel ungunya ke tempat semula, dan menatap jalanan dengan mata penuh emosi. Sebuah pesan masuk membuatnya menoleh, membuka kiriman lokasi yang telah diterimanya dan melaju menuju tempat tujuan.
Berakhir di sebuah kafe, meja dekat kaca yang berbatasan langsung dengan dunia luar.
"Astaga, aku tidak percaya."
"Kau harus percaya, tadi pagi mereka mengatakan semuanya padaku," ujar Taehyung menganggapi desisan wanita di depannya, Jennie.
"Kau pernah mendengar kalau kalian dijodohkan atas kerja sama perusahaan?" Kim Jongin, lelaki yang ada di sebelah kekasihnya, Jennie, angkat bicara.
"Aniya, ayah tidak pernah mengatakan jikalau mereka melakukan kerja sama, mereka mengatakan ini demi kebaikanku. Aku juga tidak mengerti," jawab Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Called ; Kim Taehyung
Teen Fiction"Jaga dia, ikuti kemanapun dia pergi. Bantu dia, hidupnya bergantung padamu." ♨ update 1 minggu sekali © muzzlemoon