The Called ; 1 2

11 3 0
                                    

Langit telah gelap saat mereka tiba di apartemen Taehyung. Hara langsung melepas sealbelt-nya dan melesat pergi ke tempat tinggal kecil itu, melihatnya Taehyung hanya bisa geleng-geleng kepala. Sepenting itukah?

Hara membuka pintu kayu putih itu, pintu itu tidak dikunci karena mereka pergi mendadak, beruntung tidak ada pencuri kalau tidak Taehyung pasti kebakaran jenggot karenanya.

Taehyung naik menapaki tangga, berdiri di ambang pintu dan melihat Hara yang mondar-mandir seperti tengah mencari sesuatu.

"Ada apa?"

"Itu, jaketku, saat itu aku memakai jaket, kau ingat 'kan? Sekarang, dimana jaketku?" Hara menjawab tanpa melihat Taehyung, matanya masih mengedar ke seluruh penjuru ruangan dan melangkah kesana-kemari.

"Jaket apa?" Taehyung mengernyit.

"Ck, jaket coklat! Aku memakainya saat itu, kau kemanakan, hah!? Kau buang!? Astaga, di jaket itu ada—"

"Apa-apaan kau ini, aku tidak pernah menyentuh barangmu. Dimana kau terakhir kali meninggalkannya? Atau dimana kau terakhir kali melihatnya?" sahut Taehyung cepat, dia tidak suka disalahkan begitu saja oleh orang lain.

Hara tampak berpikir keras, seperti mengingat dimana dia terakhir kali menaruh dompet berisi black card dan kartu atm. "Em… saat itu aku datang, mandi, lalu…"

"…Oh!"

Gadis itu pergi ke kamar tidur, menyibak selimutnya dan menemukan apa yang dia cari dan langsung memeluk benda kesayangannya itu. "Ini dia!"

"Benar 'kan? Dasar pikun," Taehyung berkata sambil membuka jaket coklatnya, menggantungnya di gantungan dan melangkah menuju dapur.

"Ya aku 'kan lupa, memangnya kau tidak pernah lupa, apa?" Hara merogoh kantong luar milik jaketnya, lalu kantong dalamnya. Dia terlihat menghela napas lega. Dia memakainya sebelum tidur di sofa hari itu, takut tercecer kemana-mana. Tidak merasa kepanasan karena dia juga memakai selimut tebal.

Taehyung tengah di dapur, meneguk air, dia tampak kehausan, air di gelas tinggi itu ludes.

"Astaga, aku haus sekali," gumam laki-laki itu tanpa sadar, lalu meletakkan gelas itu ke sampingnya.

"Ya, ayo temani aku berbelanja."

Taehyung menegakkan kepalanya, melihat Hara yang telah siap dengan pakaiannya yang lain. Hei hei, darimana hoodie merah itu?

"Darimana kau dapat hoodie itu?" tanya Taehyung, masih menahan tangannya pada pantry.

"Ha? Oh, dari laci sana. Ayolah, kulkasmu kosong, aku ingin masak sesuatu."

"Ini sudah malam, aku mau tidur."

"Masih jam 7!"

"Aku tidak ada uang."

Hara menatap datar laki-laki itu. Tidak ada uang apanya? Uang segunung yang dikirim orang tuanya hari itu apa namanya?

"Sudahlah, ayo."

"Aku belum ada istirahat, kau harusnya pengertian."

"Sebentar saja, astaga! Ayo cepat!"

Laki-laki ini pintar sekali ngelesnya!

"Oh, oke oke, ayo," Taehyung kaget saat wanita itu melotot sangar padanya, mengambil jaketnya yang semula tergantung dan pergi dari apartemennya.

. . . .

Hara mendorong troli belanjanya sambil menatap jejeran buah dan sayuran di sebelahnya. Meraih buah apel dan jeruk, lalu mengecek keduanya dengan teliti. Seperti mencium dan teksturnya, dan hal itu membuat Taehyung memutar bola matanya malas. Dasar anak ini, dia seperti pakar makanan saja.

The Called ; Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang