Mean melangkah perlahan menuju atap sekolah mencari Perth yang biasa menghabiskan jam istirahat disana, ia melihat Perth duduk diujung tembok pembatas sambil memeluk lututnya, wajahnya menunduk.
"Kenapa kamu tak mau ikut menjenguk?" Tanya Mean, dia menghela nafasnya.
"Kamu bukan karena tidak peduli pada Saint kan? Perlihatkan wajahmu!" Mean berteriak kesal karena tingkah sahabatnya ini yang hanya diam saja. Mean langsung menarik kerah baju Perth, tapi Mean langsung terdiam ketika melihat Perth menangis tanpa suara, hanya air matanya saja yang terus menglir.
" Pe-Perth..?" Mean akhirnya melepaskan cengkramannya, melihat Perth yang terisak.
"Aku ini... tidak dapat mengucapkan sekatah katapun padanya... aku ini... hanya melarikan diri saja.. Dan... ekspresi apa yang harus kutunjukan padanya?" ucap Perth dalam isakannya.
Mean mengambil posisi duduk sejajar dengan Perth, dia merasa iba dengan sahabatnya itu.
" Meskipun begitu.. kamu memang harus menjenguk Saint! Meskipun diriku berkata egois, dan seolah mengandalkanmu, tetapi apa yang diinginkan Saint itu... adalah dirimu Perth!" Mean juga tidak dapat menyembunyikan kesedihannya apalagi melihat sang sahabat sampai menangis seperti ini.
"Aku tidak tahu harus berkata apa padanya.." ucap Perth, bahunya bergetar kembali.
" Itu sih kamu harus coba dulu..." Mean memandang kearah Perth
" Hal itu mustahil bagiku.." Perth masih saja tertunduk
" mustahil atau tidaknya... biarlah orang lain yang akan mengatakannya..." Mean meyakinkan Perth dan menepuk pundaknya.
##
Akhirnya hari ini Perth memutuskan untuk datang ke rumah sakit menjenguk Saint, saat sampai didepan rumah sakit Perth menghela nafas terlebih dahulu, ia merasa ragu untuk melangkah masuk dan berbalik untuk pergi.
"Lain kali saja aku menjenguknya" ucap Perth dan pergi meninggalkan rumah sakit itu
tepat saat itu Plan melihatnya dan bergegas untuk lari menyusul Perth.
"Perth!!" teriak Plan
Perth dan Plan duduk di bangku panjang dibawah pohon sebuah taman.
" Ini untukmu..!" Plan menyerahkan coklat panas untuk Perth, hari ini memang udara terasa sangat dingin karena mendekati akhir tahun.
" Terima kasih..." ucap Perth.
"Dasar payah.." Plan membantu Perth ketika ia kesulitan membuka tutup botolnya.
"Panas!" teriak Plan ketika langsung saja ia meminum coklat tersebut.
"Ha..ha.. kamu berlebihan.." Perth tertawa melihat Plan yang kadang bertingkah konyol.
"Tidak kok, ini memang beneran panas!" Plan merasa apa yang dilakukannya wajar.
"Perth, kau memang menyukai Saint ya kan..? " Plan bertanya dan melihat reaksi Perth.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You From Me (End)
Fiksi PenggemarPerth Tanapon seorang anak jenius sejak usianya delapan tahun dia sudah banyak menjuarai kompetisi piano, manusia metronome, orang termuda yang mampu memainkan piano tanpa kesalahan namun karena suatu alasan Perth tidak pernah lagi menyentuh pianon...