08

322 39 19
                                    

FlashBack

"Dam.. da.. dam.. tara..dam.." Saint sedang asyik bersenandung riang dilorong kamarnya. Dia membawa catatan not ditangan kiri sedangkan tangan kanan bergerak-gerak seolah sedang memainkan biola.

Dia berjalan dengan riang dan memejamkan matanya menikmati hal yang ia lakukan, namun saat tengah asyik tiba-tiba ia terjatuh begitu saja, membuat kepalanya juga langsung membentur lantai dengan keras.

"Bruk!!"

"Engh..oh.. ah.. ini sangat ss-sakitt.." keluhnya, dan memegang kepalanya yang membentur lantai kemudian melihat kearah kakinya namun kakinya tidak bisa ia gerakkan, seakan mati rasa.

"Kakiku?? Hm?? aihst!" Saint sangat terkejut.

"Tes! Tes! "

"Hah??" tetesan darah jatuh membasahi catatan not, Saint merasakan tangan yang memegang kepalanya basah dan ia mengangkat tangannya, betapa terkejutnya ia melihat tangannya sudah penuh dengan darah yang bahkan terus menetes dari kepalanya yang terbentur tadi dan seketika itu Saint tidak sadarkan diri dengan darah dikepalanya yang semakin banyak.

FlashBack End

##

"Kabarnya Saint masih belum boleh pulang ya..?" tanya Gun pada Plan, karena sampai saat ini Saint masih juga belum masuk sekolah.

"Hm.. padahal saat kujenguk dia terlihat sudah sehat.. " Plan mengingat saat dia menjenguk Saint, Saint terlihat baik-baik saja, tapi sampai saat ini, anak itu masih belum masuk sekolah juga.

Plan dan Gun mereka menghabiskan istirahat makan siang berdua dibawah pohon dan saling berbincang.

"Kalian bertiga sering menjenguknya?" Tanya Gun lagi

"Tentang itu.. Perth tetap tak mau ikut meski telah berulang kali kuajak.." ucap Plan heran pada Perth yang selalu menghindar ketika memintanya menjenguk Saint.

"Padahal Saint menunggunnya.." lanjut Plan lirih

"Apa kamu tidak masalah berlaku baik terhadap musuhmu?" Tanya Gun, yang membuat Plan terkejut.

"Musuh? Kenapa Saint bisa jadi musuhku coba?"Plan sama sekali tidak mengerti ucapan Gun.

"Aku hanya berfikir bahwa yang bisa Saint ajak bicara tentang musik itu cuma Perth saja.." ucap Plan dengan senyum.

"Kamu ini terlalu baik.. Tidak usah memaksakan diri. Kamu menyukainya kan? " potong Gun langsung pada intinya.

"Tidak sama sekali!" Plan terus menggelengkan kepalanya, menolak pernyataan Gun.

"Mana mungkin aku menyukainya kan? Aduh kau ini..! "Plan berusaha tertawa kemudian menepuk pundak Gun keras.

"Kelihatan sekali kalau kamu terlalu memaksakan diri!" ucap Gun serius, pandangan matanya menusuk langsung pada mata Plan.

Plan terdiam seketika, senyum yang tadipun kini memudar, wajahnya Nampak sedih, akhirnya ia mengakuinya dengan menganggukan kepala.

"Nah begitu.. lebih baik jujur.." ucap Gun Sambil tersenyum.

"Tapi, aku bukanlah orang baik. Karena sebenarnya, aku membiarkan Perth yang tak ingin ikut menjenguk Saint, karena aku kesal dengan diriku yang seperti itu, maka aku berlagak keren dengan cara berpura-pura. Padahal hal itu malah menjadikanku tak keren kan? " Plan berkata dengan sendu, suaranya terdengar bergetar.

"Pastinya, kebanyakan orang memang berlaku begitu bila jatuh cinta.."Gun mengatakannya bermaksud untuk menghibur Plan.

"Hm.. aku tidak begitu tahu!" Plan menggaruk dan mengacak rambutnya bingung. Kemudian menyuapkan bekal makanannya ke mulutnya kembali.

For You From Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang