"Semoga 'halu'ku tidak berujung 'haru'
-AtiyaNatalie-"Wah, parahya kalian" Omel Natalie pada kedua sahabatnya.
Sekarang Sasa dan Riska tengah berkumpul dikamar Natalie. Sepulang sekolah tadi mereka langsung memutuskan bermain di rumah sahabatnya yang akhir-akhir ini sering susah dihubungi. Bahkan sasa yang duduknya berdampingan saja jarang berbicara.
Mereka membicarakan banyak hal. Tentang film drakor yang akhir-akhir ini tengah ramai diperbincangkan, liburan, idola mereka yang tengah naik daun dan banyak hal.
"Jadi Riska nginep dirumah lo sa? " Tanya Natalie ditengah kehebohan karena film yang sedang mereka nonton terskip oleh jaringan yang kurang baik.
Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku sebagai jawabannya. Begitupun Riska.
Saku baju seragamku bergetar menandakan ada telefon masuk dari handphone yang berpenghuni disana sejak pagi tadi.
Kufikir telephone dari Ayah atau Bunda. Ternyata telefon dari orang yang sedang tidak ingin temui sejak beberapa hari belakangan ini.
Roy(Calling)
Ntahlah, tapi aku sama sekali tidak berniat untuk mengangkat ataupun menutup telefon dari pria itu. Aku lebih memilih mendiamkannya sebelum akhirnya kedua makhluk yang berada disampingku bertanya-tanya
"Telefon dari siapa sa? " Tanya Natalie. Matanya masih terfokuskan dengan laptop dan sambungan Wi-Fi dari handphonenya.
"Dari bunda ya Sa? " Kali ini Riska ikut bertanya juga. Kuberikan senyum tipis untuk menjawab pertanyaan mereka. Mungkin sebagai isyara 'bukan siapa-siapa'
Akhirnya kuputuskan saja telefon dari pria itu. Setelahnya aku langsung mematikan daya benda pipih berwana hitam kepunyaanku itu. Dan tanpa babibu men-charge begitu saja diatas meja belajar natalie.
Waktu berlalu begitu saja. Hari ini kami benar-benar menghabiskan waktu bersama. Melakukan semua hal yang menurut kami menyenangkan.
Rupanya sebahagia ini ketika kita memiliki sahabat. Orang yang akan selalu ada untuk kita bahkan ketika dunia benar-benar menjauh
Tidak terasa ternyata hari telah sore. Sudah saatnya kembali pulang. Pak Tatang yang menjabat sebagai supir pribadi keluarga juga sudah datang sejak 5 menit yang lalu.
"Kalian gak mau nginap? Sehariii aja" Tanyanya dengan raut muka memelas andalannya.
"Sebenarnya kami mau Nat, Tapi sayangnya ga bisa"Jelasku pada Natalie yang masih saja setia menggenggam tanganku dan Riska.
"Besok-besok pasti nginap" Lanjut Riska memegang bahu Natalie. Akhirnya kami pulang juga setelah hampir seharian penuh Berada di rumah Natalie.
21.42
Aku masih saja disibukkan dengan acara mengobrak-abrik isi tas dan seisi kamar bercat putih dengan furniture berwarna dominan abu-abu.
Tidak bisa kubayangkan bagaimana marahnya ayah dan bunda kalau saja benda pipih itu hilang. Baru 5 bulan aku mengganti ponselku dikarenakan hilang. Kalau ini benar-benar hilang. Sudah pasti tidak akan diganti.
"Sa, lo cari apaan? " Sepertinya sahabatku yang satu itu sudah bosan melihatku sibuk sendiri
"Cari ponsel" Kujawab pertanyaannya dengan keadaan masih mencari kali ini di lemari "Lo liat? " sambungku.
Kudapati ia yang sedang berpikir kira-kira dimana ponselku berada. Alisnya nampak bertaut menjelaskan ia benar-benar berfikir.
"Ditas? " Tanyanya membuatku menggeleng. Kalau saja ada di tas pasti sudah kutemukan dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajadah Ikhlas
Non-FictionSebuah kisah yang menceritakan sebuah patah, dan kekuatan...