Hari sport Jantung

7 1 0
                                    

Ada yang bilang kalo usaha itu ga akan pernah mengkhianati hasil ? Tidak ada yang salah dengan kalimat ini. It's ok. Tapi tidak ada yang menjamin kalo harapan ga akan mengkhianati kenyataan. Iya kan?

Bel masuk sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu hari ini Bu Dini selaku guru mata pelajaran sejarah katanya akan melaksanakan ujian harian lisan pada kami.

Keadaan kelas sedang berada pada fase jauh dari kata baik-baik saja. Pasalnya, Bu Dini yang dikenal ramah pada murid-muridnya berubah menjadi guru yang mengerikan. Bisa kupastikan setelah ini Bu Dini akan berganti predikat menjadi guru Sport Jantung. Salah sendiri membuat jantung kami dangdutan secara tiba-tiba.

Baru kali ini kelas ribut bukan karena lelucon dan gombalan receh atau mungkin nyanyian dan suara gosip sana sini bukan juga kalimat ejekan yang biasanya membuat kelas bising.

Yang membuat kelas ribut bukan main justru materi sejarah yang jujur saja di tolak otakku mentah-mentah.

Duhai Otakku... Tidakkah kau mengerti daku yang sibuk memberimu pasokan materi sejarah agar mempermudah lulus dari ujian harian yang menyita pikiran ini? Bahkan lebih dari sekedar memikirkan doi yang mencintai orang lain? Jangan membuatku marah karena tingkah kurang ajarmu yang menolak diajak berkompromi saat keadaan sedang genting-gentingnya. Atau kau akan kucuil.

Sayangnya, kalimat rayuan pada otak yang sejak tadi kuucapkan sambil mengelus-elus kepala tidak membuat otakku luluh. Menyebalkan.

Suara hak sepatu yang terdengar mendekat semakin membuat kelas ribut. Kali ini tidak hanya diisi materi sejarah tapi juga diikuti kalimat umpatan doa-doa yang jujur saja aneh menurutku .

Bayangkan saja, harusnya membaca doa kelamcaran berbicara agar dipermudah menjawab pertanyaan-pertanyaan atau mungkin doa belajar supaya materi bisa masuk dengan mudah.

Yang terdengar justru doa makan, doa tidur, doa masuk wc bahkan karangan doa khas anak muda yang jujur saja juga ikut kolantarkan

'Ya Allah.. Yang maha baik hati. Tolong mudahkan ujianku biar nilaiku baik dan tidak mendapatkan jeweran gratis dari bunda yang cantik. Aaminn'

"Baiklah anak-anakku sekalian yang baik hati dan hebat-hebat. Ujian lisannya kita mulai dengan Berdo'a bersama. Berdoa sesuai keyakinan masing-masing dimulai"
Bu Dini terlihat tegas memimpin pembukaan sport jantung pagi ini.

"Berdoa selesai" Ucap Bu Dini lembut " Ibu panggil secara acak saja. Oke? " Pertanyaan Bu Dini sama sekali tidak di gubris olehku ataupun temanku. Kami sibuk membaca materi barangkali ada materi yang berbaik hati menetap di otakku

Satu persatu temanku mulai naik. Anehnya, ekspresi mereka malah sangat santai seolah tidak terjadi apa-apa setelah turun. Mungkin efek beban yang sudah menghilang.

Keadaan yang sangat kubenci saat dalam keadaan tegang justru terjadi.

Keadaan tangan yang basah olah keringat seperti habis bermain hujan yng tidak berhenti mengalir serta kaki yang juga ikut-ikutan berkeringat membuat kaos kaki yang kupakai basah.

"Sasa Khumairah" Aku berkali-kali mengerjapkan mata sampai menajamkan pendengaran berulang-ulang. Memastikan apakah itu benar namaku atau bukan.

"Giliran lo tuh" Nata menyenggolku memintaku naik.

"Takut gue" Jelasku menggigit bibir bagin bawahku

"Gak papa. Percaya deh sama gue. Bu Dini baik kok" Jelasnya. Nama Nata memang sudah lolos dari tadi. Mungkin dia adalah orang ketiga yang menjalani tes.

Kali ini jantungku bukannya dangdutan tapi  Konser Rock N Dut heboh rasanya.

"Sasa" Panggil Bu Dini. Membuatku menelan saliva kasar. Perlahan maju dengan keadaan grogi setengah mati.

Sajadah IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang