" Tidak ada orang yang benar-benar bahagia dengan kehilangan" -Sasa Khumairah
Sore ini aku dang bang Abil sedang menikmati teh buatan bunda yang rasanya tidak ada duanya. Kicauan burung yang sedang bersemayam dibunga-bunga bunda yang tertata rapi membuat fikiran menjadi tenang
Fikiranku tertuju pada Natalie. Ini sudah dua hari sejak kejadian pingsan disekolah dan datangnya bang Abil. Aku dan Natalie belum sempat bertemu. Malamnya bunda dan bang Abil membawaku ke sebuah klinik sekitar rumah dokter menyarankan supaya aku beristirahat total karena pingsanku mungkin karena faktor kecapean.
Menurutku itu berlebihan, karena besoknya aku baik-baik saja segar seperti biasanya.
Aku benar-benar ingin menyelesaikan masalahku dengan Natalie. Tapi aku sendiri tidak tahu masalah apa yang membuatnya menjaga jarak denganku. Jadilah kuputuskan untuk berangkat sore ini juga ke rumah Natalie. Aku sudah menceritakan semuanya pada bang Abil dan Riska. Akh, kedua orang ini aku diam-diam mengharapkan mereka bersama.
Saran yang kudapatkan adalah berbicara baik-baik pada Natalie. Mungkin saja dia seperti itu karena tersinggung dengan ucapanku, sikap atau mungkin sifatku.
"Sa, ada Riska " Teriak bunda dari depan. Tidak lama kemudian kudapati Riska berjalan kearahku dan bang Abil dengan senyum yang selalu mengembang seperti biasanya kaos oblong berwarna pink dengan bando hitam diatasnya menambah keanggunan darinya.
"Duduk Ris" Panggilku menepuk-nepuk tempat kosong disebelahku. Lebih tepatnya diantaraku bang Abil. Kulihat bang Abil melirikku tajam. Menyeramkan sekali. Sedangkan Riska hanya diam mengisyaratkan dia tidak suka.
"Langsung aja" Putusnya membuatku berdiri. Bang Abil juga langsung berdiri. Oh iya, aku yang memintanya mengantarkan kami.
Perjalanan yang kami tempu tidak begitu lama. Baru kali ini jalanan di kita metropolitan nampak lenggang tidak sepadat biasanya.
Kutatapi kembali rumah besar menjulang tinggi dudepanku. Warnanya Krem didalamnya dominan gold nampak keemas-emasan bak istana. Kakiku tiba-tiba saja bergetar rasa takut menghampiriku tanpa izin.
"Ayo Sa" Ajak Riska yang mulai berjalan lebih dulu didepanku.
"Abang tunggu disana" Jelasnya menunjuk sebuah Cafe khas anak muda. Katanya ada janji dengan teman lama disana " Kalau udah selesai, kasi kabar aja " Lanjutnya. Kubalas dengan memberikan senyuman pertanda setuju
'Ting Tong' Bel rumah Natalie berbunyi dipencet oleh Riska.
Menampilkan wanita paruh baya dengan senyumnya yang selalu terlihat tulus. Itu mbok Yati. Asusten rumah tangga dikediaman sahabatku.
"Eh ada Non cantik. Masuk Non. Tak panggilin non Nata" Sambutnya ramah. Kulangkahkan kakiku memasuki rumah dengan desain dominan keemasan
Setelah lama menunggu akhirnya orang yang kutunggu-tunggu datang juga. Blezzer dan celana jeansnya nampak serasi. Nata benar-benar orang yang peduli dengan penampilan. Sedikit berbanding denganku
"Kalian udah lama? " Tanyanya membuatku dan Riska menggeleng-gelengkan kepala
"Baru aja kok" Sahut Riska masih dengan senyum manisnya."Oh iya kalian datang tiba-tiba gini kenapa? " Tanya Natalie hampir saja Membuat nyaliku ciut hanya dengan intonasinya kalau saja aku tidak mengingat karakternya yang santai
"Udah sehat Sa? " Tanynya padaku yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya "Alhamdulillah, iya" Jawabku.
"Kita kesini karena ada yang mau di bicarain" Jekasku membuatnya ber oh ria. Sikap dingin itu muncul. Aku tidak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajadah Ikhlas
NonfiksiSebuah kisah yang menceritakan sebuah patah, dan kekuatan...