Sejak kejadian bertemu dan berpisahnya kembali Sasa dengan Kak Arsya. Sasa jadi lebih banyak murung. Lebih sering menangis dan tidak banyak bicara.
Riska yang mengerti alasannya hanya bisa menghiburnya saja. Meskipun hasilnya Nihil, ternyata sahabatnya bisa galau seperti ini juga.
Natalie yang sudah tahu tentang Arsya pun mengerti. Sebenarnya dia juga di hantui rasa bersalah karena belakangan ini menilai sahabatnya menyukai Roy laki-laki yang dia cintai.
Jadilah mereka memutuskan nginap di rumah Sasa malam ini. Besok adalah hari minggu, jadi mereka berniat mengajak sasa jalan-jalan untuk melupakan beban rindunya sejenak.
"Besok jalan yu" Ajak Nata membuat Sasa menggelengkan kepala
"Ayo dong Sa kita main" Bujuk Riska maaih membuat sasa menggelengkan kepala
"Kenapa lo gk mau? " Tanga Nata tetap saja membuat sasa menggelengkan kepala. Membuat sahabatnya hanya bisa mengehembiskan napas kasar
"Karena Kak Arsya? " Akh, Nama itu. Sasa benar-benar menyerah.
"Sa. Kita ngerti kok lo sedih, merasa kehilangan, dan galau kan " Jelas Riska membungkam mulut Sasa. Pandangannya menatap sahabatnya
"Tapi lo juga gak bisa kaya gini. Lo harus bangkit Sa. Kalau lo terus-terusan kaya gini lo gak bakal bisa bahagia"
"Kita ngerti kok, kalo lo pasti kecewa . Tapi lo juga harus faham Sa. Ini juga salah lo" Sasa menatap Riska dengan alis bertaut. Kenapa salah sasa?
"Seandainya aja, lo berani ngungkapin perasaan lo. Setidaknya kak Arsya tau kalo lo ada rasa kedia. Lebih dari sekedar lo nganggep dia kakak"
"Gue gak mungkin ngomomg gitu Ris. Gue ga berani" Lirihnya
"Kenapa? Lo Malu? Ingat Sa. Cinta itu adalah fitrah. Nikmat yang sengaja diturunkan buat kita rasakan kehadirannya"
"Paling nggak lo bangkit Sa. Orang tua lo sedih liat lo kayak gini. Lo liat bang Abil. Lo nyadar gak sih, dia khawatir setengah mati ama lo. Dan sikap lo yamg kayak gini berhasil bikin dia merasa bersalah. "
"Abang lo mungkin gabakal bilang, tapi gue yakin dia merasa bersalah karena kalian bertemu gara-gara bang Abil" Perkataan Riska berhasil menyadarkanku, mungkinkah bang Abil tersakiti karena sikapku?
"Lo harus Move On Sa, gue yakin kalo emang kalian jodoh kalian bakalan di pertemuin lagi. Gimana pun caranya"
Perkatan Riska benar-benar berhasil mencuri perhatianku. Semua yang dikatakannya benar.
"Terus gue harus gimana? Kecewa itu masih segar di fikiran gue" Lirihku. Aku sudah sangat merasa lelah dengan semua ini. Rasanya ingin menghentikan waktu lalu membawanya pada kejadian bertahun-tahun silam.
Pada masa dimana aku mengenal kak Arsya. Dan menghapus semua kenangan itu. Menahan waktu agar pertemuan itu tidak pernah ada. Agar perasaan ini tidak pernah hadir. Aku muak.
"Lo harus lupain Kak Arsya, gimanapun caranya" Ujar Nata. Membuatku menatapnya lurus.
Apa yang dia katakan. Tidak semudah itu menghapus perasaan yang sudah hadir selama bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajadah Ikhlas
Non-FictionSebuah kisah yang menceritakan sebuah patah, dan kekuatan...