Night

14 1 0
                                    

Nggak sampai di situ aja acara yang harus di ikuti Rahma. Tapi sayangnya buat acara malam ini Alim harus izin karena dia harus pergi ke rumah sakit ada saudaranya yang harus di jenguk.
"Silahkan buat adek kelas untuk menikmati makanan yang ada di sebalah timur" ucap pembawa acara malam hari itu.

Yaa acara sore hari ini adalah makan makan untuk seluruh angkatan. Sebenarnya acara seperti ini jarang di laksanakan hanya angkatan tahun ini saja yang melaksanakan, saat Rahma sedang asik asiknya menikmati makanan bersama teman temannya tiba tiba ada orang yang menyiram air di muka Rahma.
"Heh kamu, gausah sok cantik. Muka pas pasan gausah ganjen deh"
"Loh kenapa ini del, kok kamu"
"Udah lah, gausah sok ber drama lah. Intinya aja kamu masuk Osis cuma buat numpang hits kan"
"Astaghfirullah kuatkan hati hamba" Batin Rahma
"Kamu masuk Osis cuma buat cari perhatian kakak kelas cuma buat cari sensasi kan. Cuma mau di pandang wah iya kan. Kenapa diem aja takut iya, apa gara gara nggak ada Kak Alim yang selalu ada buat kamu itu, sekarang kamu jadi pengecut gini"
"Cukup, kalau emang menurut kamu aku kayak gitu silahkan. Tapi aku nggak ada niat sedikitpun buat kayak gitu" Jawab Rahma dengan menangis dan nggak tau apa yang harus dia lakukan dia takut salah menjawab dan menyakiti hati orang lain
"Plak"
"Aww sakit"
"Bacot lu di jaga bisa enggak? yang selama ini cuma pansos siapa anjir. Ngaca dong mbak, yang selama ini cuma model pamer belahan, pamer bokok di megol megol ne koyo mentok buat narik perhatian cowok cowok siapa hello?" Ucap Santhi dengan kasar dan penuh amarah, dan tiba tiba semua orang yang ada di tempat itu meng iya kan apa yang di katakan Santhi. Dan karena merasa malu Dela dan gengnya memilih untuk pergi.
"Makasih udah di belain tapi aku mau pulang aja" Ucap Rahma dengan meneteskan air mata
"Maaf ma bukannya kita nggak mau antar, tapi kita semua nggak ada yang bawa motor" Ucap Santhi
"Nggak apaapa kok, nanti coba aku tlfn Alim"
Dan akhirnya Rahma memutuskan untuk pulang dan terus mencoba menghubungi Alim tapi tanpa ada jawaban sama sekali.
"Ya Allah, kenapa seseorang sangat senang ketika menjatuhkan harga diri orang lain menganggap remeh, rendah, dan memfitnah aku padahal selama ini aku menganggap dia itu teman dekat. Bahkan ketika dia tau kalau salah dia tidak meminta maaf sama sekali. Ampunilah dosanya Yaallah hati hamba sakit sekali" Doa Rahma di sepanjang jalan dia keluar dari area gedung. Rahma memang seseorang ketika dia di sakiti dia selalu mendoakan yang terbaik untuk orang yang menyakiti dia.
"Pulang bareng aku aja dek"
"Ems enggak kak, saya nunggu Alim aja"
"Emang udah ada jawaban?"
Rahma hanya menggelengkan kepala dan mengusap air mata yang terus keluar dan tidak mau berhenti
"Yaudah daripada kamu nangis di pinggir jalan nanti di godain om om kan kasian kan"
"Bener juga" Batin Rahma
"Gimana?"
"Yaudah pulang bareng Kak Sabtian aja"
"Ohiya ini pakai jaketku, di jalan dingin" Tanpa menunggu jawaban dari Rahma, Sabtian langsung memakaikan jaketnya di tubuh Rahma.
Selama di perjalanan Rahma hanya menahan air mata dan mencoba untuk melupakan kejadian tadi. Hening, tanpa ada pembahasan dan entah dari mana Sabtian bisa tau rumah Rahma tanpa bertanya sedikitpun, sesampainya di rumah ternyata Sabtian tidak mau untuk mampir karena sudah terlalu larut malam (22:30WIB). Sesampainya di rumah Rahma memilih untuk langsung masuk kamar karena dia takut jika orangtua nya tau dia menangis.

Pengagum Rahasia Rasa TerbukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang