04

12.5K 1.8K 168
                                        

Sebenarnya, Jiang Cheng tidak marah pada Wei Wuxian.

Ia hanya, sedikit kesal.

Fakta bahawa ayahnya lebih memperhatikan Wei wuxian memang selalu menjadi hal yang paling mengganggu baginya.

Sebagai seorang anak, tentu saja ia sangat iri ketika ada orang lain yang mengambil perhatian ayahnya begitu saja.

Sementara ia harus bekerja ekstra untuk mendapat apresiasi ayahnya, Wei Wuxian akan selalu mendapatkan dukungan ayahnya kapanpun.

Bahkan tanpa bekerja keras, kakak angkatnya itu bisa meraih peringkat tertinggi dikelasnya.

Jiang Cheng marah, tapi ia tak bisa menyalahkan siapapun.

Entah ayahnya, apalagi wei Wuxian.

Bagaimanapun, ia masih sangat menghormati ayahnya dan berharap suatu saat ia akan mengakui kemampuannya.

Dan Wei Wuxian, adalah orang yang diam-diam telah mengambil hatinya.

Entah sejak kapan.

Namun yang pasti, debaran aneh selalu ia rasakan ketika pemuda Wei itu ada didekatnya.

Tok tok

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Jiang Cheng.

Ia beranjak dari sofa dikamarnya dan berjalan ke arah pintu.

"Jiejie, ada apa?"
Raut khawatir Jiang Yanli adalah hal yang ia tangkap ketika daun pintu terbuka. Wanita cantik itu menatap gelisah pada Jiang Cheng.

"A Cheng, A Xian belum kembali." Suara Jiang Yanli bergetar, ia benar-benar khawatir pada adiknya yang satu itu.

Ia melihat jam yang menempel didinding kamarnya.

22.30

"Mungkin dia ketiduran di rumah Huaisang." Ia mencoba menjawab setenang mungkin.

"Aku sudah menelepon Nie Gongzi, tapi dia bilang A Xian sudah pulang sejak sore." Jiang Yanli meremas ujung piamanya, ia takut hal buruk terjadi pada Wei Wuxian.

"Jiejie kembalilah ke kamar, aku akan mencari anak itu."

Jiang Yanli mengangguk, sementara Jiang Cheng bergegas mengambil jaket dan kunci motornya.

Terkadang, Wei Wuxian memang semerepotkan ini.

.
.

Hampir satu jam Jiang Cheng menyusuri area yang biasa ia dan Wei Wuxian datangi, namun nihil.

Ia memarkirkan motornya di slot parkir taman. Menyusuri taman luas itu berharap menemukan jejak si pemuda Wei.

Ini adalah taman paling terkenal di Yunmeng, kota tempatnya tinggal. Selain karena keunikannya yang memiliki sungai yang luas, juga terdapat variasi bunga teratai yang mempercantik tempat itu.

Saat musim panas, ketika mereka kecil, ia dan Wei Wuxian diam-diam berenang di sungai itu, memetik banyak polong teratai untuk mereka bawa pulang. Terkadang sampai dimarahi oleh penjaga taman jika ketahuan, dan mereka hanya akan berlari sambil tertawa.

Jiang Cheng tersenyum kecil ketika mengingat itu.

Dirinya dan Wei Wuxian memang senakal itu dulu.

Woof! Woof!

Jiang Cheng memutar badan ketika mendengar gonggongan anjing.

Suaranya terdengar dekat.

Ia berjalan mencari sumber suara itu, dan menemukan seekor anjing husky tengah menggonggong pada sebuah pohon yang lumayan tinggi dan rimbun.

A Boy Named Wei WuxianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang