Di atas kenangan yang mulai meredup, kita berdua sulit untuk bangkit kembali.
Son Yo-Jin lagi-lagi terperangah bukan main, entah kenapa mendengar perkataan Hyuk-Jae langsung menusuk ulu hatinya ketimbang Eun-Rin yang berkata.
Apakah ia tidak salah dengar? Lee Hyuk-Jae mengatakan hal kasar kepada dirinya, ia sangat mengenal Lee Hyuk-Jae, laki-laki itu tidak mungkin berani mengatakan hal buruk padanya. Mungkinkah karena masih sakit hati? Laki-laki itu tampak berubah.
"Hyu-Hyung..." Eun-Rin pun ikut tercengang. Sumpah, tadi ia hanya bergurau saja dan posisi Yo-Jin semakin terhimpit, tidak menyangka Hyuk-Jae menimpalinya dengan serius. Ini keadaan paling menegangkan.
"Berhenti memanggilku hyung! Kau seharusnya memanggilku oppa, Eun-Rin." Seolah tidak menyesali atas ucapannya, Hyuk-Jae malah mengoreksi perkataan Eun-Rin. Hyuk-Jae tahu gadis itu memanggilnya hyung, sejak dulu, sejak mereka masih di bangku kuliah. Ia juga tidak mempersalahkannya, tapi kenapa dengannya hari ini?
"Mengalihkan pembicaraan...?" gumam Eun-Rin, menjawab sikap aneh Hyuk-Jae hari ini.. Ia menggelengkan kepalanya, dan matanya menatap Kyu-Hyun. Laki-laki itu juga sedang menatapnya.
"Aku pergi." Hyuk-Jae menatap Yo-Jin dengan mata yang meredup, lalu ia benar-benar pergi meninggalkan rumah Eun-Rin.
Setelah ia menutup pintu rumah Eun-Rin, Hyuk-Jae terdiam. Apa yang ia katakan?
Ia memejamkan matanya, dan berusaha mungkin menarik napas sebanyak-banyaknya. Ia merasa pengap, dan sakit.
"Kenapa mengatakan aku merindukanmu terasa lebih sulit." Katanya. Ia tersenyum sinis, tidak mungkin baginya menemui Yo-Jin dan mengatakan apa yang ia ucapkan tadi sebuah kebohongan. Bagaimana lagi? Egonya jauh lebih kuat daripada isi hatinya.
Sedangkan di dalam rumah, masih dalam keadaan hening, masih dengan Eun-Rin dan Kyu-Hyun berpandangan. Tapi itu tidak berlangsung lama, Eun-Rin mengalihkan pandangannya lalu memunguti sepatu-sepatu yang baru dibelinya dan berjalan menuju kamarnya.
"Kenapa mengatakan ingin bersamamu, kini terasa semakin sulit, Kyu-Hyun." Gumamnya dengan tercekat. Matanya mengerjap-ngerjap tidak jelas, karena ia merasa matanya perih. Bibirnya bergetar, menahan isak tangis yang sudah ada di ujung kerongkongan. Baru saja tadi ia tertawa senang dengan Hyuk-Jae di department store, tapi sekarang ia malah ingin menangis. Kenapa? Kenapa tentang Kyu-Hyun, dan semua yang ada padanya hanya ada kesakitan?
***
Aku mulai lelah...
Kemanakah kau pergi? Meskipun ini adalah perpisahan, bawalah aku bersamamu.
"Pekerjaan kita sampai ini saja Yo-Jin, ada yang ingin kubicarakan dengan isteriku." Kyu-Hyun berbicara terus terang kepada Yo-Jin saat Eun-Rin sudah masuk ke dalam kamarnya.
Yo-Jin mengangkat bahu lalu tersenyum. "Oh, aku memang berencana akan pulang. Apa yang ku alami saat ini sudah membuatku cukup tertekan." Sahut Yo-Jin mengiyakan. Ia pun merasa muak, dan tidak terima apa yang dilakukan lelaki dan wanita yang menikamnya dengan kata-kata.
***
Air mata yang tak kuinginkan ada di depan mataku tanpa kusadari.
"Yang ini... Hm, ya, ini keren sekali." Eun-Rin menaruh sepatu-sepatu yang baru saja ia beli di lemari besar di sebelah lemari baju di kamarnya. Kalau kebanyakan wanita memiliki High Heels yang berharga tidak ternilai, ia akan mengoleksi sepatu olahraga atau sepatu yang bermodal desain dan ber-merek terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You (END)
FanfictionDalam hidupnya, Lee Eun-Rin hanya menyukai menari, belanja, dan membaca novel. Tidak ada hal yang ia cintai selain ketiga hal itu, sebelum Cho Kyu-Hyun datang. Pria itu melewatinya dengan raut wajah dingin, mempesona, dan tampak misterius. Pada akhi...