Mata sedihmu tengah melihat ke arahku, apa kau ingin bicara tentang perpisahan, sayang?
"Sia-sia aku berdoa, karena pada akhirnya mimpi itu tidak bisa menjadi nyata." Eun-Rin bergumam pelan.
Ia mengusap air matanya. "Padahal aku berharap kau tertarik dengan kepribadianku. Padahal aku berharap kau menyukai senyumanku. Padahal aku berharap... kau bisa mencintaiku. Jadi, selama empat tahun ini, tidak ada sama sekali yang berbekas."
Kyu-Hyun diam. Tidak menjawab.
"Aku ingin sekali mempertahankanmu, Kyu-Hyun. Tapi kau tidak bisa memberikan kesempatan lagi untukku, kesempatan agar aku bisa memilikimu lebih lama." Kabut seperti membutakan mata Kyu-Hyun. Matanya berkaca-kaca, dan setitik air mata terjatuh tanpa ia duga.
Eun-Rin tidak menyadari setetes air bening yang terjatuh di pipi Kyu-Hyun yang putih. Ia sedang berusaha membuat fungsi paru-parunya bekerja. Ia ingin bernapas.
"Baiklah," suaranya tercekat. "Aku mengabulkanmu, aku akan melepaskanmu. Benar katamu, pernikahan kita adalah kesalahan. Oleh sebab itu, kau tidak pernah bisa menerimaku bahkan setelah enam bulan berlalu. Aku sudah mengira ini semua terjadi, hanya saja aku membutuhkan waktu untukmu bisa menerimaku sepenuhnya."
Hati Kyu-Hyun terasa ditusuk, ketika suara mengerikan itu masuk ke dalam telinganya. Menikamnya di tempat tanpa ampun. Begitu lemah, serak, dan tercekat.
"Seharusnya, aku memilih seorang lelaki yang bisa mencintaiku apa adanya. Bukan seorang lelaki yang aku cintai dengan kegilaan yang menjijikan. Perasaan ini, memang sudah salah saat semuanya dimulai empat tahun yang lalu." Eun-Rin bangkit dari duduknya. Ia menatap Kyu-Hyun dengan perih.
"Aku sangat lelah hari ini, dipaksa bekerja di akhir pekan. Padahal aku berharap bisa menghabiskan waktu denganmu di rumah, tapi kau memilih pergi dengan gadis lain." Ia berhenti sejenak untuk mengambil napas. "Aku akan berhenti bekerja, jika bukan karena permintaanmu agar menyuruhku bekerja, aku tidak akan mau melangkahkan kakiku di kantor. Tapi lagi-lagi kau begitu berpengaruh, lagi-lagi aku selalu mau menurutimu, dan lagi-lagi aku terjebak dalam jurang. Aku berharap bisa melihatmu lebih sering, oleh karena itu aku menyetujui untuk bekerja di kantor. Tapi pada akhirnya kau selalu tahu caranya untuk menghindar, kau ingin aku semakin jauh darimu. Bukan, begitu?" Eun-Rin menggigit bibirnya.
"Semoga kau bahagia, aku mencintaimu." Susah sekali mengatakan gumamam kecil itu. Ia berbohong. Ia tidak ingin Kyu-Hyun bahagia dengan orang lain. Ya Tuhan... Ia menginginkan laki-laki itu agar ada di sampingnya.
Kyu-Hyun pasrah pada waktu. Ia mengangguk kecil, membiarkan gadis itu berbalik dan berjalan ke luar rumah.
***
Sejak aku membiarkanmu pergi, ada sesuatu yang hilang.
Di mana ia harus memulainya? Di mana ia harus mengembalikan semuanya?
Gadis itu berharap hujan turun dengan deras malam ini, ia perlu disadarkan. Ia perlu hujan itu untuk membasuh harapan-harapan kecil yang masih sempatnya muncul di sela hatinya. Harapan yang indah sekali, harapan agar Kyu-Hyun mencegahnya untuk pergi.
Son Yo-Jin. Karena gadis itulah ia berjalan tidak bertenaga malam ini. Cuaca memang cukup dingin. Dan ia tidak memakai jaket tebal. Oh, ia tidak berpikir tentang itu tadi. Ia hanya ingin segera pergi, tidak kuat lagi jika harus bertatapan dengan Kyu-Hyun. Laki-laki itu begitu tenang, tapi merasa bersalah. Itu yang membuatnya tampak mengerikan, dan perlu dikasihani.
Ketika aku melihatmu, aku tidak dapat menghentikan air mataku yang terus menetes, kau membuatku telihat sangat bodoh.
"Tidak bisakah kau berpikir lagi untuk semua ini? Aku mencintaimu, meski kau tidak bisa menerimaku. Cinta ini, kenapa hanya sebuah khayalan?" perlahan ia memutar matanya menghadap jalan raya yang tampak ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You (END)
FanfictionDalam hidupnya, Lee Eun-Rin hanya menyukai menari, belanja, dan membaca novel. Tidak ada hal yang ia cintai selain ketiga hal itu, sebelum Cho Kyu-Hyun datang. Pria itu melewatinya dengan raut wajah dingin, mempesona, dan tampak misterius. Pada akhi...