Bergumam di Bawah Tenda

20 3 0
                                    

Gumam di bawah tenda

Gemuruh hujan kembali berlabuh
Membawa bayang yang kian menuduh
Aku merenungkan segala cerita
Di atas awan, menapaki tanah
Di bawah tenda, dengan alas hitam
Yakin, di atas sana masih ada rembulan yang menemani dengan terang
Kesendirian yang tercipta tanpa kejelasan
Mengingat kembali, gambaran yang tak sempat tergambarkan

Di kala itu aku mengharap
Bisa tertawa denganmu, tanpa jarak yang mengikat
Begitu lama aku memendam rasa, yang kian menekan psukma
Berharap bisa mengungkapkan semua dengan kata-kata
Begitu jauh aku bertindak
Mencari jati diri, mengorek sampah cerita dari kawan lama

Namun, apapun yang aku lakukan
Semua belum terasa sempurna
Alam tak merestui
Sekitar tak menyadari
Ku pikir, kamu merasakan apa yang selama ini aku pendam
Nyatanya, mungkin demikian
Tapi mereka, menerka terlalu dalam
Kamu yang tertekan, tertutup oleh ego yang menekan

Sedikit miris
Bukan bermakna tangis
Aku tertawa menikmati kebodohan
Melukis cerita yang terus menghilang
Benar benar menghilang
Ketika kamu memalingkan tatap yang awalnya kita tebar

Maaf, memang bukan salahku
Tapi, hati ini hanya mencoba untuk tabah
Hati ini mencoba untuk mengerti
Semua arti kata yang kamu ucapkan
Di sisi lain, kamu tak pernah mengerti
Kamu tak pernah melirik luka perih yang sempat kamu goreskan
Aku kecewa?
Jelas aku kecewa
Tapi aku tak bisa berbuat
Karena, semua memang salahku

Biar hujan berhenti
Alam akan mendengar seluruh keluhku
Ku harap, kamu pun mendengar semua isi hatiku
Yang ku yakini, kamu juga merasa demikian
Seolah yang ku rasa
Seolah yang kamu rasa juga
Semua tidak bisa dimengerti


- kl.s.qw.j.dr

note :
Bukit Cendana, Baturraden.

Antologi Kalimat di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang