Terpaku bagaikan batu
Menggelundung dari puncak gunung
Melompat lompat dilempar batu lainnya
Menangis tanpa air mata
Menjerit tanpa ada yang tahu
Menggeram, sakit, tertekan, dan ingin aku keluarJurang menyapa dan tertawa
Menantiku jatuh dengan sangat gembira
Dia menelanku dengan paksa
Semakin dalam, semakin hilang
Jeritanku sama sekali tidak didengar
Tangisanku sama sekali tidak ia hiraukan
Hanya tertelan, tertelan, dan tertekan yang aku rasakanDasar jurang pun begitu
Dia menghadang dengan seribu pukulan
Sekeras apapun diriku, aku tak sempat bertahan
Hanya luka yang aku dapatkan
Hanya penyesalan yang aku pikirkan
Mengapa aku bisa menggelinding ke jurang ini?
Mengapa mereka dengan senang hati menopang dan menuntunku ke sini?
Mengapa sang jurang dan dasarnya terlihat kompak tertawa riang?Aku terpecah sudah
Remuk seluruh tubuhku dihantam oleh dasar jurang
Menggeram kesakitan tanpa ada yang mendengar
Ah, Sial
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Kalimat di Jogja
PoezieKalimat (entah puisi atau apapun) yang aku tulis, sewaktu saya "merasa". Kebanyakan ditulis sewaktu saya di Jogja. Aku adalah seorang pendengar. Banyak temanku yang menceritakan kisah cinta mereka. Di sini aku tulis, seutuhnya. Di balik kata pengeco...