Hanya akhir

25 3 0
                                    

Sudah begitu lama. Terjalin dengan rapi, dan aku pikir tak ada apa-apa. Berdua, menikmati senja sore hingga surya pagi. Berdua, menikmati bekal roti dan spageti. Berdua, menikmati tumpukkan tugas yang tak pernah mati. Masih tetap berdua, menikmati bahagia hingga bahaya

Setitik noda, menurutku itu wajar. Seribu wanita lain, itu juga masih wajar. Mengikis luka, pastinya, tak pernah ada. Menusuk batin, memaksa menerima, memaknai dengan ceria

Kamu tidak pergi. Hanya bertahan dengan rasa cinta yang terbagi. Kamu juga tidak mati
Hanya merasa bergetar di ujung kata, dengan seribu materi. Kamu saja belum mengerti. Berapa banyak aku tahan tusukan panah yang terus menerpa dada. Aku pun tak pernah merasa. Berapa banyak kalimat palsu yang kamu utarakan di depan mata. Itu memang tulus, Saat aku memang ada di sampingmu

Sudah selesai, aku pikir aku terpengaruh omongan orang. Sudah berakhir, aku pikir ini menjadi kalimat terakhir. Aku ingin kita berteman saja. Melewati masa indah yang pernah tercipta. Aku ingin kita menerima apa adanya, dengan segala sesuatu yang kita miliki, dan memang pernah kita coba sebelumnya.

Aku yakin, batin mu kacau. Cintamu sangat tulus, tapi aku sudah tak bisa tulus. Cintamu sangat besar, mengalahkan segala yang kamu punya. Tapi rasa tak bisa dipaksa. Aku ingin sendiri kali ini. Menikmati rasa sepi tanpamu. Meninggalkan segala kisah denganmu. Belajar dari rasa sakit yang tidak aku ketahui.

Antologi Kalimat di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang