Mengenang
Sambil memandang sebuah intan
Berharap dulu bisa di gapai
Meremukkan halangan yang terus menghadang
Hingga hati ingin memiliki, Penghalang semakin meninggi
Sekarang bisa apa?
Semua seolah bertindak diluar kinerja
Mulut gemetar
Hati terus bergetar
Hanya menebak saja, semua takkan usai
Hanya berdiam saja, semua takkan sirna
Keberanian masih di kegelapan
Sekarang bisa apa?
Semua terasa berlalu
Yang satu hitam, terus tenggelam
Yang mirip intan, semakin terbungkam
Memaksa keadaan pun, serasa mencekam
Ketika yang baru mulai terpenggal
Menemukan potongan yang tak masuk akal
Sekarang bisa apa?
Ketika intan permata yang kian memudar, disembah agar tak hilang
Namun, masa kelam masih terus mengikis habis tak berkawan
Yang bersujud dengan menangis, hanya tersenyum meris
Yang tertawa jahat dengan membabat, justru mendapat martabat
Serasa halusinasi di alam mimpi
Kembali mengenang
Yang sudah pasti, biarlah berlalu
Nyatanya, biarpun pasti, semua termangu
Ibarat Surya menduduki tahta
Di sini, mereka singgah tanpa kuasa
Yang katanya menyinari semesta
Di sini, disinari oleh semesta
-kl.s.qw.j.dr
note :
Semoga tersampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Kalimat di Jogja
PoésieKalimat (entah puisi atau apapun) yang aku tulis, sewaktu saya "merasa". Kebanyakan ditulis sewaktu saya di Jogja. Aku adalah seorang pendengar. Banyak temanku yang menceritakan kisah cinta mereka. Di sini aku tulis, seutuhnya. Di balik kata pengeco...