TERROR

354 19 0
                                    

Seminggu sudah pengajian dirumah selesai. Ada ketenangan, rasa was-was perlahan menghilang, dan kami berpikir hal - hal buruk tidak akan terjadi lagi. Itulah harapan kami, harapan panjang dan tak pernah putus akan keinginan hidup normal seperti orang lain, tidak di kelilingi lagi kejadian-kejadian aneh, tidak lagi diselimuti rasa takut berkepanjangan.

Ibu berangsur membaik, keadaan tidak seburuk hari kemarin. Bahagia rasanya melihat ibu bisa menebar senyum kala itu, seakan hari - hari kelabu telah berlalu.

Hari - hari berlalu, waktu demi waktu terlewati, kala itu hari menebus petang disuguhkan senja menghiasi awan, dan gelapnya malamlah yang datang. Keluargaku berkumpul (kecuali ibu dan bapak) dirumah kakakku yang rumahnya sudah kubilang bersampingan dengan ibu. Kami berkumpul, menonton TV , serta memakan snack-snack pelengkap obrolan malam itu.

Aku: "Serial TV nya membosankan sekali: "

Kakak ipar: "pindahkan saja channell nya: "

Ketika aku memencet remote TV, kami semua terkejut mendengar suara isak tangis wanita, kakak iparku pun berkata jika itu suara ibu dan semua orang pun membenarkan tebakannya.

Aku dan kakak serta bibiku keluar rumah, lalu terlihat bapak sedang menutup gorden jendela, aku berteriak pada bapak:

Aku: " Pak, mamah jadi deui lain? (Pak,ibu kambuh lagi bukan)"

Bapak: "Jadi naon dei inung maneh mah kerek tatadi ge ges sare (kambuh apa? Ibumu dari tadi mendengkur sudah tidur) "

Aku, Kakak, Bibi: "Ari tadi saha atuh nu leweh ngagenggeik? (Hah, terus tadi siapa yang menangis)"

Sontak saja aku, kakak, dan bibi saling menatap dan merinding bulu kuduk, malah kakak iparku, paman, dan lainnya pun merasa ketakutan dan tak bisa melupakan kejadian malam itu.

#Plagiat dilarang mencopy-paste
#Jangan Hanya Mampir
#Baca, Vote , lalu follow✨
#Vote dan followmu berharga bagi saya

JALUR SESATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang