Tahun 2018-2019

304 14 2
                                    

Keponakanku harus menjalani pengobatan selama hampir 1 tahun lebih. Sekarang kehidupan keluarga bapak dan kakakku memburuk, kami sudah tidak punya apa-apa lagi.

Namun aku tidak pernah patah semangat, aku selalu bekerja keras dan terus bermimpi dan optimis jika mimpi itu tercapai.

Aku diajak sekolah lagi oleh tetanggaku, niat dalam hati ingin sekali. Bahkan saking ingin sekolah aku selalu mencoba rok SMA orang, kadang miris jika diingat.

Hari itu aku selalu berbicara pada ibu agar mengizinkan aku bersekolah lagi, walau teman-temanku dulu mungkin sekarang jadi kakak kelas. Ibu sesekali kasihan dan setuju aku sekolah, tapi bapak tetap pada pendiriannya aku tidak boleh sekolah karena faktor ekonomi yang balik lagi ke nol dan pemikirannya yang kuno "Buat apa wanita sekolah tinggi akhirnya juga nanti tetap jadi ibu rumah tangga."

Aku tidak menyerah, aku selalu memohon pada ibu agar merayu bapak. Bapak selalu berkata bahwa takut jika nanti aku putus sekolah di tengah jalan sebab biaya kurang. Aku menangis mengurung diri, diambang bingung harus menuruti kata bapak atau tetap pada pendirian.

Karena aku selalu bersedih, ibu mungkin tidak tega, ibu akhirnya menyetujui aku sekolah dengan syarat aku yang harus banyak berjuang. Aku tanpa berpikir mengiyakan, hari itu pula ibu mengantarku mengisi formulir pendaftaran sekolah.

Aku masih ingat, ketika aku masuk sekolah SMA, ibu dan bapak hanya memberiku seragam putih abu dan buku 1 pack. Bayangkan, hanya itu:) buku pun aku harus membeli lagi karena 1 pack saja tidak cukup, ini SMA bukan SD kan?

Apalagi aku tak punya tas tak punya sepatu dan itu harus ku beli dengan jerih payahku berjualan online shop. Uang jajan pun waktu itu aku hanya dapat 50ribu seminggu hanya cukup untuk membeli bensin ke sekolah selama 1 minggu, uang jajan yaaa tetap hasil kerjaku.

Pada akhir semester 1 handphoneku rusak, salahsatu mata pencaharianku tidak berfungsi. Aku terpaksa memberi tahu ibu dan bapak, dan bapak membelikanku HP dengan syarat mereka tidak akan memberikanku uang jajan lagi. Aku sanggup, dengan tanpa memikirkan biaya sekolah dan uang untuk hidup yang banyak sekali harus di keluarkan.

Alhasil dari situlah aku sudah terbiasa seperti ini, tanpa bantuan orangtua, tanpa harus tangan menengadah keatas lalu meminta, sudah terbiasa hidup tanpa biaya dari orangtua. Aku tidak pernah mau menyerah, semua aku tempuh dengan keringat dan airmata. Orang yang tidak tahu menahu taakan tahu perjuanganku sekeras apa.

Setiap sabtu dan minggu aku full mengantar barang online shop ada yang jarak nya dekat ada juga yang jauh sampai kadang panas dan hujan aku tak peduli yang penting aku dapat uang, yang penting aku dapat bayar spp sekolah. Kadang senin-jumat pun pulang sekolah yang setiap hari full day aku menyempatkan mengantar barang walau terkadang dalam kondisi tidak enak badan. Kadang juga ketika libur sekolah aku mencari pekerjaan ke daerah kota, walaupun pekerjaannya panas-panasan dan sebatas menjual minuman.

Semua itu aku lakukan demi apa yang aku impikan, dan aku percaya tidak ada perjuangan yang mengkhianati hasil.

Dan di tahun 2019,aku merasakan perjuanganku yang selama ini ternyata tak berbuah sia-sia. Online shop ku semakin banyak peminat dan aku banjir pelanggan.

Guru ku di sekolah tidak ada yang mengetahui keadaanku seperti ini, mereka kadang melihatku seperti anak-anak lain. Teman-temanku pun hanya sebagian yang tahu mungkin yang hanya sekelas denganku saja.

Aku menjadi pelajar sekaligus harus bekerja untuk mencari biaya sekolah dan biaya hidup sehari-hari. Namun aku tak pernah menyesal dengan keadaanku sekarang, aku hanya bersyukur diberikan tulang dan hati yang kuat berusaha sendiri.

#Plagiat dilarang mencopy-paste
#Jangan Hanya Mampir
#Baca, Vote , lalu follow✨
#Vote dan followmu berharga bagi saya

JALUR SESATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang