tbh aku agak gak pede sama chapter ini karena apa ya... takut nggak seru gitu guys... buat yang udah baca chapter ini sebelumnya, silahkan dibaca lagi ya soalnya beberapa scene di chapter ini sudah aku edit... hehe.semoga suka sama cerita ini ! <3
***
Yogyakarta, 20 Januari 2020
Kebanyakan orang mengenal sosok Satria Bagaskara sebagai seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang tinggi, tegas dan lumayan galak. Yang membuat banyak orang menyegani Satria disamping sikap tegas dan galaknya, adalah keramahan dan kesupelannya dalam bergaul.
Pokoknya Satria itu hanya terlihat 'menyeramkan' saat ia sedang berada di dalam sebuah situasi yang serius.
Contohnya seperti saat ini.
Saya dan beberapa mahasiswa lainnya yang terpilih menjadi panitia acara penyambutan tahun baru kampus UGM kami yang tercinta ini, tengah duduk dengan tegak di atas kursi kami masing-masing dalam keadaan tegang setelah salah satu dari kami kedapatan sedang tertidur di tengah rapat siang ini, oleh si ketua panitia yang sedang menjelaskan presentasinya di depan ruangan.
Coba tebak siapa ketua panitianya? Iya, Satria Bagaskara.
"Itu yang tiduran siapa? Tolong dibangunin dong yang duduk di sebelahnya."
Satria menatap lurus ke arah Ridho, adik tingkat saya yang menjadi tersangka utama itu, dengan tatapan tajam sekaligus heran. Cowok itu melipat kedua tangannya di depan dadanya, menghembuskan napas dengan sedikit kasar sebelum menghampiri Ridho yang sekarang tengah mengusap-usap wajah ngantuknya.
"Kamu tuh sebenarnya niat jadi panitia nggak, sih, Dek?" tanya Satria dengan dingin, menatap Ridho dengan serius.
Sedangkan si Ridho kini menundukkan kepalanya ke bawah, saya lihat tangannya terus bergerak tidak tenang, mungkin karena takut dengan Satria saat ini. Tapi beberapa saat kemudian lelaki itu berdiri dari tempat duduknya, lalu membungkukkan badan secara sekilas pada Satria dan panita-panitia lainnya yang ada di sini.
"Maaf, Mas, saya ketiduran karena semalam kurang tidur..." ucap Ridho.
"Gila... Galak juga cowo lo, Kin," bisik Cantika, yang juga terpilih menjadi panitia dalam divisi acara.
"Ssstt, diem dulu," ucap saya pelan tanpa menoleh ke arah Cantika. Takut dimarahin juga kalau berisik.
Satria menghela napas panjang --cara ia untuk meredam emosinya, lalu menganggukan kepalanya sembari menepuk-nepuk bahu Ridho agar suasana rapat saat ini membaik. Ia tersenyum tipis, "Besok jangan diulangi lagi, ya. Semuanya, ayo fokus, waktu kita tinggal dua minggu lagi." ujarnya sebelum melangkah ke tempat asalnya.
Terdengar banyak suara helaan napas dari beberapa panitia yang menyaksikan ketegangan tadi.
Saya lihat, ia sempat tersenyum kecil pada saya yang duduk di barisan tengah.
"Cih, sempet-sempetnya tuh orang." cibir Cantika. Saya hanya terkekeh malu sambil mencubit pahanya pelan.
"Aduh! Sakit! Gue aduin ke Mas Satria nih biar lo dimarahin kayak Ridho tadi?!"
...:::...
Rapat hari ini berakhir pada pukul setengah empat sore. Namun sekarang saya dan Cantika masih berdiri di depan pintu masuk ruangan aula, menunggu Satria dan Jeriko yang masih merapikan barang-barang mereka di dalam sana.
"Dunia tuh emang sempit, ya, Kin. Masa jauh-jauh kita ngerantau dari Bekasi, tetep aja ketemunya sama anak alumni Garuda di sini," tutur Cantika, mengintip Jeriko yang merupakan mantan kakak kelas kami saat SMA dulu. Dari dulu, Jeriko sudah terkenal dengan vibes anak bandnya. Sahabat kami yang bernama Adel itu juga pernah naksir dia diam-diam saat masih SMA dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Satria
FanfictionKisah tentang seorang lelaki bernama Satria yang sudah setahun belakangan ini menyandang status sebagai seorang kekasih saya. Seorang lelaki yang hobi-nya makan, nyanyi, tidur, dan ngaku-ngaku kalau dirinya adalah member paling ganteng di EnamHari...