Minggu Bersama EnamHari

56 6 1
                                    

Yogyakarta, 30 Juni 2020

Kali ini, saya akan menceritakan satu dari sekian banyaknya hari yang saya lewati bersama EnamHari.

Di hari Minggu yang cerah ini, saya, Cantika, dan Adel dimintai tolong oleh Satria dan kawan-kawan untuk membantu mereka membereskan barang-barang di rumah kontrakan mereka.

Jadi, rencananya, bulan depan nanti mereka berlima akan pindah ke rumah kontrakan yang baru. Kata Satria, rumah kontrakan yang sudah mereka tempati selama 3 tahun ini mulai terasa sempit dan kurang ruangan. Sedangkan di rumah kontrakan mereka yang baru nanti itu, ukurannya lebih luas dan punya banyak ruangan yang bisa digunakan untuk latihan band. Untungnya, harganya terbilang cukup murah untuk anak kuliahan seperti mereka ini.

"Kin, tolong ambilin lakban di atas meja belajar dong," pinta Satria yang tengah memasukkan buku-bukunya ke dalam sebuah kardus.

"Guntingnya mana, Mas?" tanya saya. "Eh, ada deng," cengir saya ketika menemukan sebuah gunting besar di atas jaket Satria.

Setelah itu saya kembali menghampiri Satria yang terduduk di atas lantai sambil memegangi bagian atas kardusnya. Saya tersenyum kecil, lalu duduk di hadapannya untuk membantu Satria.

"Capek, Kin, nanti pijetin punggung ku dong," ujar Satria sembari menghela napas panjang.

Saya tertawa, lalu menempelkan lakban bening ini pada bagian atas kardus. "Baru juga beresin isi kamar, gimana isi yang di luar tuh," ujar saya.

"Ya kalau itu mah beresinnya harus bareng-bareng," ucap Satria. "Lanjut besok dah, Kin, pegel tenan awakku."

"Yaudah, sekali lagi nih, nanggunggg," ucap saya. Lalu setelah selesai membereskan kardus-kardus yang berisi semua barangnya Satria, saya ikut mengistirahatkan diri di atas kasur tidur Satria.

"Kin, cepetan sini," panggilnya.

Satria sudah terlebih dahulu berbaring di atas sana dengan kedua mata yang terpejam. Saya yakin, kalau saat ini saya tidak mengajaknya mengobrol, 15 menit lagi Satria akan tertidur lelap.

"Iya, ngambil salonpas dulu," Lalu, saya duduk di sampingnya. Dan seperti biasa, Satria langsung meletakkan kepalanya di atas paha saya yang sudah saya berikan bantal di atasnya. Dan seperti biasa pula, saya mulai mengelus rambut Satria dengan lembut.

"Jadi dipijetin nggak?" tanya saya. Bau-baunya sih, Satria bakal lebih milih tidur ketimbang dipijetin. Ya iyalah, dia pasti sudah dalam posisi pw saat ini.

"Hmm.... Ngantuk, Kin, nanti aja," jawabnya. Tuh kan. "Kamu nggak ngantuk?"

Saya menggeleng. "Nggak, kalau kamu ngantuk tidur aja, Mas. Yang bener posisinya, jangan kayak gini," ucap saya.

Satria malah merengut pelan. "Ishhh, udah pw, Kin, jangan suruh aku gerak, males banget asliiii."

Saya mendengus kecil. "Dasar beruang mageran."

"Enak aja! Aku kan mager pas lagi capek doang─hoaaam..."

"Iya iya, udah tidur sana. Nanti aku mau bantuin yang lain di luar."

"Oke, jangan mau kalau disuruh bawa benda yang berat, ya. Hati-hati kalau ngegunting lakban," ucapnya. Duh... Sempat-sempatnya dia begini dalam keadaan ngantuk.

"Iyaaaa, Mas Satria. Tidur yang nyenyak biar nanti malem bisa beres-beres lagi," ucap saya, lalu mengecup keningnya dengan cepat.

Saya tersenyum malu. Begitu juga dengan Satria yang kini tersenyum dengan lebar meski kedua matanya tertutup. Tangan kanannya meraih tangan kiri saya, lalu menggenggamnya.

"Kamu nyuruh aku tidur, tapi malah bikin aku susah tidur."

Duh! Pipi saya makin memerah.

***

"Lah? Satria mana, Kin?" tanya Jeriko ketika saya keluar dari kamar Satria sendirian.

"Tidur," jawab saya sebelum meminum segelas air yang ada di atas meja.

Jeriko mendengus, lalu meregangkan kedua tangannya. "Enak bener tuh bocah. Udah packing ditemenin pacarnya, terus main tidur aje tanpa bantuin yang lain di sini."

Saya tertawa mendengar gerutuan Jeriko yang barusan itu. "Makanya cari pacar dong, Kak. Yang ngantri kan banyak, tinggal milih mau yang mana."

"Yang cakep banyak, Kin, tapi yang pas di hati tuh... Susah nyarinya!" balas Jeriko.

"Halah, itu mah elonya aja yang banyak milih," sahut Cantika yang sedang membuat es teh di dapur.

"Serem dah nih rumah. Ada suara tapi yang ngomong nggak keliatan."

"Lo pikir gue setan?!"

"Dih, ngerasa!"

"Can... Udah, cepetan bikin es tehnya," lerai Wafda yang sekarang udah tergeletak di atas sofa dengan ngos-ngosan. Kayaknya dia habis ngangkatin kardus sama Bani ke dalam mobil.

"Siap, Tuan Muda!" balas Cantika.

"Adel sama Dimas mana sih? Disuruh minta kardus ke depan warung aja lama banget, anying. Curiga mereka kabur ke Ambarukmo," gerutu Jeriko lagi. Benar-benar tiada hari tanpa sambat deh Kak Jeriko ini.

"Lo kayak nggak pernah ngebucin aja sih, Bang, biarin aja lah," ujar Bani.

"Sambat sekali lagi, tak lempar kardus lho. Muni wae." dengus Wafda.

"Iyeee ampun, dikasih mcflurry baru diem nih mulut gue," celetuk Jeriko yang membuat Wafda makin kesal. Hahaha. Hiburan banget lihat pertengkaran diantara Jeriko dan yang lainnya ini.

Kalau diingat-ingat lagi, kayaknya cuma saya yang jarang, atau bahkan nggak pernah ribut sama Jeriko. Hm, ribut sama Satria aja jarang, apalagi sama teman-temannya.

"Eh, kita nggak ada makanan kan? Pesen mcd yuk, aku wis mulai laper iki," ajak Bani yang langsung ditanggapi dengan sorakan heboh dari saya dan Cantika.

"Mauuu! Pesen dari hapeku aja, banyak vouchernya nih," ujar saya.

"Khusus Kinan dan Cantika, aku yang bayarin. Yang lainnya bodo amat," ujar Bani sembari melangkah pada saya dengan senyuman jahilnya.

"Mending beli nasi warteg di depan, cuih." dengus Wafda. Setelah itu, dia beneran keluar untuk membeli makan siangnya di warung warteg baru yang ada di depan gang rumah kontrakan mereka.

"WAP! NITIP!" teriak Jeriko.

"NGGAK! KALAU MAU TEMENIN KE DEPAN!" teriak Wafda balik dari depan rumah.

"Ah tai, duit gue buat bulan ini habis buat beli pick gitar baru," keluh Jeriko, kemudian ia melangkah keluar rumah dengan terburu-buru. "TUNGGUINNNN!" teriaknya lagi pada Wafda.

As always, EnamHari being loud.

***

hi hello!! akhirnya setelah sekian lama, aku bisa menulis Satria lagi :D
aku sudah disibukkan dengan sekolah guys, makanya jarang update buku ini.

kira-kira masih ada yang baca buku ini nggak ya? thanks buat kalian semua yang sudah mau mampir dan baca sampai chapter ini yaaa!

aku harap aku bakal bisa lebih lancar lagi updatenyaaa!
God bless you guys 。^‿^。

Kisah Tentang SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang