Yogyakarta, 05 Mei 2020"Mau bikin rasa coklat atau keju, Mas?"
Saat ini, saya dan Satria tengah berada di salah satu supermarket besar yang berada di Kota Yogyakarta. Rencana kami pada hari ini adalah membuat kue untuk ibunda tersayangnya Satria yang akan berulang tahun pada esok hari. Nantinya, kue itu akan diberikan oleh Satria sebagai sebuah kado untuk ibunya.
Untungnya saya cukup berbakat dalam hal membuat kue, jadi saya menawarkan diri untuk membantu Satria membuat kue sendiri daripada membeli di toko kue yang harganya pasti lebih mahal.
Thanks to Mama yang dulu suka ngajarin saya bikin kue waktu kecil :p
"Hmm... Coklat aja, Kin, ibuk nggak suka keju," jawab Satria.
"Oke deh." Saya mengangguk seraya memasukkan sekotak coklat batangan ke dalam troli belanjaan kami.
"Kurang apalagi?" tanya Satria sambil mendorong troli belanjaan.
Saya berjalan di sampingnya dengan kedua mata yang fokus pada layar ponsel saya yang menunjukkan daftar bahan untuk membuat kue yang dikirimkan oleh Mama. Sebenarnya, kue yang akan kami buat nanti bukanlah kue ulang tahun, melainkan kue brownies.
Kata Mama, buat kue brownies lebih praktis dan gampang daripada buat kue ulang tahun. Apalagi Satria besok pulang ke Solonya naik motor, kasian kalau harus membawa kotak besar untuk menyimpan kue ulang tahunnya.
"Terigu udah, loyang udah, mentega udah, berarti tinggal nyari chocochips aja, deh!" jawab saya sembari men-check list daftar belanjaan kami satu persatu. "Di rumah ada telur berapa?"
Satria menghentikan langkahnya, kemudian mengerutkan keningnya.
"Mboh, Kin, kayaknya habis, deh, aku nggak liat kulkas tadi," jawab Satria. "Mau beli sekalian?"
"Beli di warung deket rumah aja, kalo di sini mahal," bisik saya. Satria tertawa kecil.
"Yowesss, manut wae aku mah."
***
Rumah EnamHari pada siang ini kosong karena semua penghuninya masih pada pergi kuliah, kecuali Satria yang libur sampai dua hari ke depan. Katanya, Satria ingin memanfaatkan hari libur itu untuk pulang ke kampungnya yang ada di Solo, sekalian jengukin ayahnya yang katanya habis sakit, juga untuk merayakan ulang tahun ibunya.
Tadinya saya sempat diajak Satria ke Solo untuk bertemu keluarga kecilnya (katanya Ibuk-nya Satria penasaran sama aku, hahaha), tapi sayangnya saya tidak bisa dikarenakan jadwal kuliah saya yang sedang padat-padatnya bulan ini.
Begitu kami masuk ke dalam rumah, Satria langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan mulai memejamkan kedua matanya. Bibirnya menguap kecil. Melihat pemandangan itu, saya tersenyum sembari mendengus pelan.
"Ayoooo masak, jangan bobok!" ujar saya, menepuk-nepuk lengannya agar ia tidak tertidur.
"Ngantuuuuk, Kin. 10 menit, ya???"
Padahal hari ini dia bangunnya jam setengah 12 siang.
"Hilih! 10 menitnya Mas Satria kan satu jam," dengus saya. "Ayo ih, aku nggak bisa sampe malem loh, habis ini ada kerkom bareng Anggi."
"Kamunya kerkom dari sini aja."
"Yeee ngawur! Sana makan piscok aja biar gak ngantuk, mumpung masih anget juga, tuh. Kamu taruh mana tadi?"
Tadi, di tengah perjalanan pulang, kami sempat menepi sebentar hanya untuk membeli piscok kesukaannya Satria. Katanya dia lagi BM banget sama jajanan manis itu, alhasil dia beli 10 biji. Hhh. Jangan tanya gimana ekspresi kagetnya si mas penjual piscok itu ketika Satria bilang mau beli sebanyak sepuluh biji.
![](https://img.wattpad.com/cover/225792604-288-k67215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Satria
FanficKisah tentang seorang lelaki bernama Satria yang sudah setahun belakangan ini menyandang status sebagai seorang kekasih saya. Seorang lelaki yang hobi-nya makan, nyanyi, tidur, dan ngaku-ngaku kalau dirinya adalah member paling ganteng di EnamHari...