𝔐𝔞𝔫𝔬𝔯 𝔘𝔠𝔥𝔦𝔥𝔞 [ Tamat ]

Chapter 4

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre. Mystery, Supernatural, fantasy, Tragedy, Horror

Cast : Sakura H. || Sasuke U. || Shisui U. || Itachi U. || Obito U. || Izuna U. || Madara U.

Sakura χ Uchiha

WARNING!

( untuk anak di bawah umur jangan dibaca karna takut ke bawa mimpi 😊 tapi kalau bisa membaca horor itu tidak masalah yang penting aku sudah memperingatinya 😁 😄 )

Maaf jika ada kesamaan itu murni tanpa ke-sengajaan.

{  Cerita ini di Revisi Ulang, semoga tidak kecewa  }

Di chapter 3. Sasori di ganti sama Sai.

.

.

.

PROLOG

.

.

.

Happy Reading...

.

.

.

Selamat membaca 📖

.

.

.

[ Pemberitahuan. Wajah Izuna mirip seperti anime, rambut mirip seperti Sasuke. Obito juga sama, tapi tidak ada goresan di wajahnya ]

Belari tergesa-gesa sambil menengok ke belakang memastikan laki - laki tadi Sakura tebak adalah penghuni Manor alias Uchiha. Di belokan dia tidak lihat ke depan sampai saat nengok kedepan sudah di kagetin sosok kuning jabrik.

" Yakkk/AAA! "

BRUUKK-

Sama - sama mundur ke belakang dan match terduduk. Kedua lengan Sakura menyilang depan wajah. Berkomat kamit dengan badan gemetar takut.

" Ampuunnn Uchiha hantuuu! Aku tidak enak di makan, darahku pahit!! Maaf masuk ke manor jelek iniii! "

" Sakura! Sakura "

Panggilan di kenal membuat Sakura berhenti komat - kamit. Menatap ke atas, Menma menatap nya khawatir. Di pandangi Naruto sudah berdiri, Ino dan Sai. Mereka panik lihat mata hijau bening di depan mereka lirih bersama - kaca. Sakura langsung saja memeluk Menma, sesegun ketakutan.

Menma panik sama halnya Naruto. Mengelus lembut punggung kecil itu.
" Sudah, jangan menangis lagi. Kita pulang, ok? "

Sakura mengangguk patuh seperti kucing. Ino menerjangnya. " Maaf Jidatttkuuu! Aku udah beri tantangan mengerikan ini, tadi aku kepikiran, tidak bisa tidur, jadi kuhubungi yang lain. Maaf yahh~ hiks " Ino sesegun.

" Sudahlah pig, aku baik - baik saja. Sudah telanjur. Lebih baik kita pulang saja dari sini, aku.. Aku merasakan hawa yang berbeda." Gumam Sakura. Dia menenangkan Ino masih bergumam merasa bersalah.