Tujuh belas

26.4K 2K 8
                                    

Ada yang nunggu kah? Maaf ya kemarin nggak Up, soalnya pas mau publish aku kehabisan kuota😁

Tandai Typo

Sebelum baca, Vote🌟dulu yuk❤️

Tangan kekarnya tertancap jarum infus, wajah tampannya nampak memucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan kekarnya tertancap jarum infus, wajah tampannya nampak memucat. sudah satu malam dirinya terbaring di ranjang rumah sakit.

Mungkin karena terlalu banyak pikiran ditambah dengan kurang tidur karena masalah seminggu yang lalu menghampirinya. Setelah dinyatakan kurang cairan, istrinya itu merayu dan memaksanya untuk dirawat dirumah sakit. Tempat yang paling ia hindari, karena bau obat-obatan yang sangat mengganggu Indra penciumannya. Sebelumnya Fahriz meminta agar dirinya dirawat dirumah saja, tapi Ara malah bilang 'dirumah sakit lebih lengkap peralatan nya' Akhirnya ia pasrah lalu menyetujui permintaan Ara.

Jika tak mendengarkan ucapan Ara, mungkin sekarang Fahriz sudah mencabut jarum infus itu dengan paksa. Lebih kesalnya lagi mulutnya yang terasa pahit malah diberi makan bubur yang hambar, bisa nggak sih kalau sarapan dirumah sakit itu diganti dengan makanan yang lebih enak. Umpatnya dalam hati.

Fahriz menggeleng keras saat Ara lagi-lagi menyuruhnya makan, ia sudah bosan dengan rasa bubur yang hambar itu. Padahal Fahriz baru memakannya dua kali, tapi tetap saja ia tak ingin memakannya lagi.

"Nggak sayang, bubur nya hambar, bikin mual." Sebenarnya bagaimana pun rasa bubur itu Fahriz tetap tak menyukainya.

"Dua suap aja, ya. Mas harus makan dulu sebelum minum obat." Bujuk Ara lembut sambil tersenyum menatap suaminya.

Fahriz tak bisa menolak lagi saat Ara menyodorkan satu suap bubur itu kemulutnya, lalu dengan susah payah Fahriz menelannya.

"Kamu udah makan?" Sontak Ara kaget dengan pertanyaan suaminya, karena dia sama sekali belum makan apapun dari semalam, dan sekarang sudah pagi bahkan menjelang siang. Jika suaminya tahu bisa habis dia dimarahi.

Astaghfirullah

"Kenapa diem, jangan bilang emang kamu belum makan, atau bahkan dari semalem?" Tanya Fahriz memastikan.

"Kalo kamu nggak jawab, berati yang aku omongin bener." Tak ada jawaban dari Ara, karena memang itu kenyataannya. Kebiasaan Ara adalah sering kali melewatkan makan malamnya.

"Ya ampun, Ara. Kamu juga harus mikirin kesehatan kamu dong," ucap Fahriz mengehela nafas kasar.

"Maaf Mas, aku lupa." Ara itu memang susah jika disuruh untuk makan, tak hanya mengingatkan Fahriz juga selalu merayu agar istrinya mau makan.

"Aku mana bisa makan, liat suami aku sakit kayak gini." Fahriz tersenyum mencium punggung tangan istrinya.

"Aku nggak apa-apa, kamu jangan khawatir." Ucapnya kian melembut.

My Savior [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang