Dua puluh tujuh

22.8K 1.7K 15
                                    

Tandai Typo

Sebelum baca, Vote🌟dulu yuk❤️

Setelah lima belas menit sampai dirumah, Fahriz masih belum menjelaskan masalah di caffe tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah lima belas menit sampai dirumah, Fahriz masih belum menjelaskan masalah di caffe tadi. Padahal Ara sudah terang-terangan mengatakan bahwa dirinya cemburu. Tetapi, sepertinya Fahriz sama sekali tidak merasa bersalah. Buktinya dia tak berniat meluruskan semuanya.

Malah sekarang Fahriz tak henti-hentinya mengelus perut Ara dan sesekali menciumnya, Ara sebenarnya risih terlebih dia juga masih kesal terhadap suaminya itu.

Ara sendiri heran kepada suaminya itu, sebenarnya Fahriz tidak peka apa pura-pura tidak peka sih? Tuh kan, kesalnya jadi bertambah. Aneh sih, karena biasanya Fahriz selalu mengerti apa yang diinginkannya dan Fahriz juga selalu membujuk saat Ara sedang marah seperti sekarang ini.

"Sayangnya Ayah lagi apa? Hmm," bisik Fahriz yang tepat berhadapan dengan perut Ara.

Mungkin jika usia kandungan Ara sudah memasuki trimester akhir, pasti buah hatinya itu merespon sapaan sang Ayah dengan menendang perutnya. Tapi sayang, kini usia kandungan Ara masih berumur 2 minggu. Mungkin masih berbentuk seperti biji kacang.

"Bunda kamu masih diemin Ayah." Ucap Fahriz pelan seraya terkekeh seolah-olah sekarang dirinya sedang mengajak ngobrol janin yang masih dalam kandungan ibunya.

Saat dinyatakan positif hamil, Fahriz memang selalu menyebut dirinya Ayah ketika mengajak bicara buah hatinya, begitupun dengan Ara yang kadang dipanggil dengan sebutan 'Bunda'.

"Cemberut wae." Ucap Fahriz sambil menjawil pangkal hidung Ara.

Jika biasanya Ara selalu meringis atau merengek saat suaminya itu mencubit hidungnya, tapi berada dengan sekarang. Ara masih terdiam dengan kekesalannya. Sungguh kehamilannya saat ini sangat sensitif terhadap hal-hal yang membuatnya kesal.

"Yang tadi kamu lihat di caffe itu, nggak seperti apa yang ada dipikiran kamu."

Fahriz mengetahui jika istrinya itu marah karena kesalahpahaman tadi.

"Terus apa? Mau bilang kalau Mas memang selingkuh?" Balas Ara dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku nggak selingkuh! Ara."

"Aku tau Mas, perempuan yang di caffe itu Safira kan?"

Fahriz tertegun, dia sendiri memang sudah menceritakan perihal siapa Safira. Tapi Fahriz sama sekali belum mengenalkan Ara dengan Safira bahkan mereka baru bertemu tadi. Lantas istrinya itu tahu dari mana bahwa perempuan yang bersamanya tadi adalah Safira?

"Aku nggak bisa berfikir positif saat aku sendiri lihat Mas sama dia di caffe, bahkan kalian bawa anak kecil yang aku nggak tau siapa."

"Lebih parahnya lagi Mas masih bisa bersikap biasa aja saat aku lihat kelakuan Mas tadi, dan bahkan Mas marahin aku kan?" Ucap Ara mengeluarkan semua unek-unek.

My Savior [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang