Tiga puluh enam

24K 1.6K 18
                                    

Tandai Typo

Sebelum baca, Vote🌟dulu yuk❤️

Ini yang Ara tidak suka dari suaminya, jika sudah melihat laptop pasti Fahriz melupakan sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini yang Ara tidak suka dari suaminya, jika sudah melihat laptop pasti Fahriz melupakan sekitarnya. Pandangannya tetap fokus dan tak teralihkan sedikitpun, gerak geriknya pun seolah mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin diganggu. Ara sama sekali tak melarang karena memang ini juga kewajiban Fahriz, tapi ia sendiri risih sekaligus kesal karena sampai saat ini Fahriz masih sibuk dengan laptopnya. Hari sudah semakin petang dan kini sudah menunjukan pukul 23:00 malam, Ara masih setia menemani Fahriz yang entah sampai kapan pekerjaannya itu akan selesai. Tak terhitung sudah berapa kali dia menguap saking kantuknya, namun kelihatannya Fahriz sama sekali tak memperdulikan itu. Sakit rasanya saat di duakan dengan setumpuk kertas serta layar laptop yang sepertinya lebih menarik untuk dilihat.

"Masih belum selesai, Mas?" Tanya Ara kesekian kalinya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Fahriz.

"Kalau udah ngantuk, tidur duluan aja. Nanti Mas nyusul," balas Fahriz menoleh sebentar kemudian memfokuskan kembali pandangan terhadap layar laptop.

"Kenapa nggak sekarang aja? Ara udah ngantuk banget, udah malam juga."

"Nanggung, sedikit lagi." Kata Fahriz mengelak.

"Dari tadi ngomongnya gitu terus," terdengar helaan nafas Ara yang mendesah kecewa.

"Kamu kenapa? Biasanya juga kamu tidur duluan kalau aku belum selesai." Tanya Fahriz dengan seksama, konsentrasinya mulai buyar karena Ara yang terus mengajaknya berbicara.

"Mas Fahriz yang kenapa? Iya, aku ngerti kalau pekerjaan itu memang penting. Tapi nggak kayak gini juga, sampai harus tidur menjelang pagi karena pekerjaan yang tak kunjung selesai."

"Kok ngomongnya gitu? Ok! Kalau kamu masih mau nunggu nggak apa-apa, nggak juga bukan masalah. Lagian ini sebentar lagi selesai." Putus Fahriz yang tak mau berdebat.

"Sebentar menurut Mas Fahriz itu bisa sampai dua jam." Seru Ara berjalan ke arah kasur tanpa berniat menunggu suaminya lagi.

Fahriz menghela nafas kasar, dengan terpaksa melepaskan kaca mata bacanya kemudian mematikan laptop dan setelah itu menyusul Ara yang sudah meringkuk di kasur. Fahriz yakin jika istrinya belum tertidur.

"Aku tau kamu belum tidur." Ucap Fahriz yang menyadari jika Ara sedikit berontak saat dirinya berusaha memeluk.

"Kok nangis? Hmm." Bisik Fahriz membalikan tubuh Ara agar menghadapnya, dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah mata cantik itu lagi-lagi mengeluarkan air mata.

Ara memejamkan mata, dia lebih memilih membenamkan wajahnya dibantal ketimbang melihat Fahriz.

"Sstttt, jangan nangis. Udah malem." Bisik Fahriz mengelus rambut Ara yang tak tertutup kerudung kemudian menciumnya.

My Savior [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang