21. Touch

235 25 35
                                    

AN;
Aman guys! Tapi kalau mau bacanya setelah buka puasa juga gak papa❤ Semoga yang kerja, kuliah, ngapain aja hari ini semua berjalan lancar yaa...
💜borahae💜

___

Aku mendengar suara pintu ditutup. Sekarang hanya ada aku dan Jeon disini. 

Aku menghela napas. Suara napas kami terdengar lantang sekali.

"Tenanglah Cordellia, kau tidak akan merasa kesepian, karena ada aku di sini" Jeon tersenyum memamerkan gigi kelincinya.

Aku mencibirnya.

"Katanya kau lelah," Jeon menarikku yang mau beranjak, untuk duduk kembali di sofa.

"Iya Jeon, tapi kita akan berangkat ke rumahmu untuk lunch kan" Kataku.

"Ini masih terlalu awal, dan Eomma masih memasak. Eomma akan mengabari jika masakannya sudah selesai"

"Oke.." Aku menyandarkan kepalaku pada sofa.

"Tidurlah sebentar jika kau lelah" Jeon memegang pipiku dengan tangannya.

"Tidak lagi" kataku.

Jeon mendekatkan duduknya, menyandarkan punggungnya pada sofa, sambil mendekatkan kepalanya pada pundakku. pipiku mulai memerah.

"Aku membayangkan apa jadinya jika semua berbeda" Jeon memulai pembicaraannya.

"Berbeda bagaimana?" aku mendekatkan wajahku padanya, bisa kurasakan hangat nafasnya di wajahku.

"Kalau saja aku tidak pergi ke US untuk kuliah dan melanjutkannya disini bersamamu" Katanya.

"Tidak ada yang akan berbeda Jeon, "
"Aku masih akan tetap disini, kau dirumahmu, kita tetap akan sibuk dengan kegiatan masing-masing" Kataku.

Kau tetap akan menikah dengan orang lain.

"memangnya kenapa?" tanyaku

"Amerika menyenangkan tetapi.."

"Tetapi?"
"Tetapi apa?" tanyaku.

Jeon menggeleng. Terlalu banyak momen aneh dengannya dimana dia hanya menatapku tanpa berkata apa-apa. Ini adalah salah satunya.

"Jangan menatapku seperti itu" Aku mendorong bahunya menjauh

"Kenapa?" Jeon memberiku senyuman sambil mendekatkan wajahnya tambah dekat.

"Kau membuatku berpikir kesalahan apa yang telah aku perbuat" kataku dengan tawa kecil.

"Tidak ada, Delia" Jeon merapihkan rambutku, dan menaruhnya di belakang telinga.

Hanya tatapan bisu, dan Jeon yang terus membunuhku dengan matanya. Apa dia sudah gila?.

"Apakah sentuhanku menganggumu?" Seperti membaca pikiranku saja, Jeon melontarkan pertanyaan yang mengejutkan.

"Pertanyaan macam apa itu?" Aku duduk menjauh, memberikan tatapan bingung pada Jeon yang belum lepas menatapku.

"Setiap kali aku menyentuhmu, selalu ada reaksi yang sama" Katanya lagi,

Matilah aku. Jadi selama ini Jeon memperhatikan gerak - gerikku sampai detail sekali. Sebenarnya apa maumu, Jeon?

Jeon mendekat, mencoba meraih tanganku dan menyelipkan jari-jarinya diantara jari-jariku.

"Ada apa?" katanya.

"Reaksi macam apa yang kau bicarakan, Jeon?" Aku melepaskan tanganku yang mulai dingin dalam genggamannya. Entah reaksi ilmiah macam apa yang Jeon sebabkan hingga tanganku dingin bagai es sekarang.

Silent Goodbye | JJK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang