"Cordy..." Eddie menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu berlutut di depanku, "Maukah kau menikah denganku?"
Aku menatapnya lemah. Aku tak tahu harus berkata apa. Kakiku gemetar. Ya Tuhan, aku harus menjawab apa?
Ada raut penuh harap dari wajah Eddie. Aku bisa melihat pancaran matanya, Eddie mencintaiku.
"Eddie..."
Lidahku kaku seketika. Aku ingin melupakan Jeon, memulai hidup baru yang bahagia. Tapi aku enggan menikah tanpa cinta. Bagaimana pu aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai, walaupun itu bukan Jeon.
Aku tak mau menikah karena terpaksa, atau pun dituntut keadaan. Aku mau menikah karena pilihan. Aku mau jatuh cinta dengan suamiku, sehidup semati.
"Cordy?" ada tatapan penuh harap yang diarahkan kepadaku. Sungguh, aku tak dapat melihatnya lebih lama lagi.
"Eddie, sungguh... aku-"
"Apa?" matanya berbinar.
"Aku tidak bisa memberimu jawaban hari ini..." Aku menjawab lirih. Aku menangis tersedu-sedu.
"Cordy, tak apa... take your time..."
Aku tak berharap Eddie menungguku. Aku berharap dia marah, memakiku, atau menjauhiku selamanya. Aku tak mau menyakitinya lagi.
"Kenapa kau ingin menikahiku?" aku bertanya, menatap Eddie yang memasukkan kotak cincinnya ke dalam saku kemejanya. Wajahnya murung.
"Aku mencintaimu," ujarnya.
"Kenapa? Kenapa tak pernah memberitahuku sebelumnya?" aku mendecak.
Dia menenangkanku dan membawaku dalam dekapannya. "Kiranya aku tahu kau bukan gadis kecil yang menyukai hubungan pacaran, maka aku memilih melamarmu sekalian menyatakan cintaku. Maaf jika caraku ini salah..." ujarnya.
"Menikahlah denganku, Cordy. Aku sudah membeli rumah baru, aku sudah siap memulai keluarga denganmu..." dia menggenggam tanganku. Astaga, mengapa kau titipkan lelaki sebaik ini di depanku, Ya Tuhan? Mengapa?
"Eddie, aku janji akan memberikanmu jawabannya, tapi bukan hari ini..." aku mengecup pipinya lembut. Aku ingin dia bahagia.
"Tak apa, " jawabnya.
"Bulan depan datang ke pernikahan Jeon dengan Hannah, kan?" tanyanya.Sial, Eddie malah membahasnya kembali, padahal lukanya belum seratus persen kering.
Bulan depan, tepatnya satu minggu aku harus merelakan Jeon yang akan menikah.
****
Malamnya aku merenung, membawa semua kenangan Jeon dan melemparkannya dalam perapian. Semua harus pergi bersamaan dengan cintaku padanya yang telah hangus terbakar beberapa bulan lalu.
Aku sengaja tidak menjawab panggilan ataupun pesannya. Aku sudah terlalu lelah menahan tangisku sendiri.
Saat aku berjalan keluar, Mrs. Jeon melangkah ke arah rumahku, lalu tersenyum, "Ini gaun dari Jeon untuk bride's maid" ujarnya.
"Baiklah.. terima kasih Mrs. Jeon..." Aku memalsukan senyum.
It's getting real, sooner or later I will have to face the reality, no matter how hard it will be, seberapa berat pun harus kujalani.
Tanganku gemetar menggenggam gaun yang ditaruh dalam kotak berwarna perak. Ternyata sesakit ini menggenggam mimpimu yang usang, menggenggam cinta yang terbuang.
Tak apa Jeon, aku akan datang ke pernikahanmu, aku akan menyaksikanmu bahagia. Aku sungguh mencintaimu.
![](https://img.wattpad.com/cover/216275075-288-k965378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Goodbye | JJK ✔
FanficMungkin kita tidak ditakdirkan untuk bertemu lagi, Jeon. start: 10 maret, 2020 end: 18 September 2020 [Jungkook Fanfiction] ©2020geanatyas