27. Wrong

188 28 37
                                    

AN; Jangan bingung ya bacanya gengs, ku hari ini gak tau mau ngomong apa, otakku lagi kosong kayak Hayoon (Nyasar)

_____

Aku membuka mataku perlahan, selimut tebal menutupi tubuhku yang tak terbalut apapun.

"Dingin" aku bergumam.

Disampingku kosong, tidak ada siapa-siapa. Apakah semalam hanya mimpi atau khayalanku belaka?

Aku menyentuh tubuhku, ada bekas membiru di pundakku. Beberapa bagian tubuhku masih merasa ngilu. Mungkin kami terlalu liar semalam. Potongan memori itu mulai bermain di otakku, membawa darahku kembali berdesir dan lututku bergetar.

Aku lekas meneguk morning after pill yang kusimpan di dalam nakas dengan sebotol air mineral. Bodohnya aku tidak langsung meminumnya kemarin. Ya sudahlah, belum 72 jam, aku yakin tidak apa-apa.

Brengsek. Aku mengumpat.

Aku merasa marah dengan diriku yang menyerah pada perbuatanku semalam. Mengapa bisa aku menyerahkan diriku padanya dengan semudah itu? Ini bukanlah yang pertamaku, namun aku belum pernah melakukannya dengan seseorang yang bukan kekasihku.

Dan Jeon sudah pergi meninggalkanku begitu saja seperti perempuan bayaran?

Brengsek. ulangku.

Aku merapikan selimut dan melipatnya pada tempat tidur, berpakaian dan mengikat rambutku. Aku terlihat kacau sekali.

Bayangan semalam menghantuiku, aku mungkin memilih tidak menemui Jeon untuk beberapa minggu. Dugaan-dugaan bermunculan dalam pikiranku. Aku mulai menganggap Jeon sekedar memanfaatkanku. Aku mulai mengira bahwa dia hanya mengganti tubuh Hannah yang dia rindukan dengan tubuhku. Bagaimana jika dia membayangkan Hannah saat kami bercinta semalam?

Ini bisa membuatku gila.

Kejadian semalam benar-benar menguras tenagaku, dan kini aku sudah merasa lapar. Aku membuka pintu di barengi dengan aroma kopi dari dapur.

"Jeon?"

"Hai" balasnya singkat.

Gelagatnya aneh, seperti menolak kontak mata denganku.

"Bagaimana tidurmu?" tanyanya.

"Nyenyak" jawabku.

"Kau?"

"Mungkin tidur terbaik selama setahun belakangan ini" jawabnya.

"Baguslah" ujarku.

"Aku sudah membuatkanmu toast, pancakeku masih kalah dengan buatan ibumu" jawabnya.

"Terima kasih"

Aku melahap toast buatan Jeon. Dia masih terdiam tertunduk di kursinya. Aku harap dia dapat melupakan kejadian semalam.

"Kau sudah sarapan?"

"Sudah" jawabnya.

"Baiklah" 

Keheningan seperti ini membunuhku, semalam kami bersentuhan tanpa henti, sekarang hanya ada satu kata keluar dari mulutnya.

"Aku pulang sebentar ya?" Jeon bertanya, matanya masih belum mau menatapku.

"Uhm" suaraku tercekat.

Kau anggap aku apa Jeon?

Seribu suara di kepalaku menyalahkanku.

Aku memang bodoh.

"Baiklah," aku mencoba tersenyum, memandangnya yang berjalan pergi.

"Aku akan kembali nanti malam..." Jeon membuka pintu, dan menutupnya kembali tanpa melihatku sama sekali.

Silent Goodbye | JJK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang