29. Chocolate.

159 27 28
                                    

AN; Sepertinya akhir bulan cerita ini akan tamat gengs, singkat sekali😣

Makasi yang udah bacaaaa sampe sini uhuy, maaf kalau aneh ceritanya..❤❤

_____

Jam menunjukkan pukul 6, sebentar lagi Eddie datang. Lebih baik aku memilih baju yang akan aku kenakan hari ini.

Setelah bersiap, membuat rambutku, aku memoles tipis lipstick matte berwarna pink kecoklatan, dengan blush peach muda, disertai sedikit highlighter pada pipi. Aku tidak mood untuk memakai bronzer hari ini. Biar saja pipi besarku ini terpampang nyata. Biar terlihat bahagia sedikit.

Aku membuka pintu, mencari sepatu boots pink miliku diantara tumpukan sepatu lainnya.

"Delia! Kau jadi mau ikut Dinner dengan kami?" Hannah berseru dari depan pintu rumah.

Aku membalikan badan, Jeon berdiri di samping Hannah dengan mulut setengah terbuka, menatapku.

"Maaf Hannah, aku akan pergi ke Core malam ini, lain kali saja ya, Enjoy your time!" ujarku, memalksukan senyum lagi.

"Ke Core? dengan siapa?"

"Dengan temanku Eddie" jawabku.

"Woah, kebetulan kami mau kesana juga! Bagaimana kalau double date saja pasti seru ya!" ujarnya lagi.

Di sampingnya Jeon menatapku bingung sambil memalingkan wajahnya gelisah.

"Baiklah, dia akan datang sebentar lagi" tambahku.

Jeon menghentakkan kakinya ke lantai. Aku tidak tau apa yang dia pikirkan. "Kami bersiap dulu" Jeon berkata dingin sambil menarik kekasihnya masuk.

"Tunggu kami ya" Hannah menutup pintu di belakangnya.

Tidak lama setelah mereka masuk,
Eddie datang dengan suit pinknya. Dia terlihat seperti bayi.

"Pink?" Aku tertawa.

"Berhubung ini hari ulang tahunmu, kupersembahkan Pink Eddie on your service, dia membungkuk, memberiku sekotak coklat dengan fotoku di sampulnya."

"Happy Born Day, Cordellia Bernadette Maverick"

Aku tersenyum. "Ada-ada saja kau Eddie."

Hannah keluar rumah dengan menggandeng Jeon. "Hai, kami sudah siap, kalian jadi pergi kan?" tanyanya.

Aku mengangguk.

Jeon tidak mau menatapku sama sekali. Dia hanya memperhatikan ponselnya. Bahkan tidak melihat Hannah dengan dress coklat muda dan coat warna senada. Dia memakai dress ketat sebagai dalamnya dan di tutup menggunakan coat besar sepanjang lutut.

Aku bertaruh pasti tubuhnya sempurna. Kalau aku jadi Hannah, aku tidak akan memakai coat sebagai penutupnya, Aku akan memamerkan tubuh indahku saja.

"Itu siapa?" Eddie bertanya sambil menutup pintu mobilnya.

"Hannah"

"Huh?"

"Hannah" ulangku.

"Ya, siapa itu Hannah?" tanyanya.

"Tunangan Jeon" jawabku.

"Cantik" ujarnya.

Benar kan? Eddie saja menganggap perempuan itu cantik. Eddie, Eddie yang susah mengeluarkan kata-kata ini berkata bahwa Hannah cantik. Apalagi Jeon.

"Ya aku tahu"

"Tapi," mulainya.

"Tapi apa?"

Silent Goodbye | JJK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang