"Cepatlah! Tidak ada waktu lagi." Pria itu bersorak lantang, mengulurkan tangannya. Gadis itu masih diam. Raut wajahnya terlihat semakin panik dan pucat.
"Jika kau tidak menggenggam tanganku, kau bisa terjatuh ke jurang yang dalam itu. Ayolah! Genggam tanganku!" Pria itu masih mengulurkan tangannya. Sesekali ia meringis, salah satu telapak tangannya mulai melepuh menahan beban tubuhnya.
"Jika aku menggenggam tanganmu, kita akan terjatuh. Tak apa jika aku terjatuh. Yang penting ada yang selamat." Gadis itu berujar lemah.
Ia mencengkram akar napas yang menggantung pada sebuah pohon di atas sana. Sesekali, gadis itu meringis kesakitan."Tidak! Akar napas itu tidak akan bertahan lama. Suatu waktu akan terputus. Cepatlah!" Seru pria itu makin panik.
"Kamu bisa selamat. Lihatlah, ada beberapa akar di atas sana. Kamu bisa merayap. Menuju ke atas, lantas mencari bantuan. Mudah, kan? Kita bisa sama-sama selamat. Tapi, jika aku jatuh lebih dulu ke bawah, kita impas. Aku pernah kehilangan mu, kan? Sekarang, giliran kamu kehilangan aku." Gadis itu tersenyum tulus pada pria itu. Pandangannya kemudian ia arahkan kepada akar napas yang sedang ia genggam. Ia tahu, akar napas itu tidak akan bertahan lama.
"Assalamu'alaikum." Itulah kata terakhir yang keluar dari bibir gadis itu sebelum akar napas itu benar-benar terputus.
🌺🌺🌺
A.NHalo semua...
Ini cerita ke dua aku di Wattpad. Semoga kalian suka dan terhibur ya 😉
Jangan lupa vote+komen yaaa
Sangkyu..🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Muazin
Teen Fiction"Aduhai, suara itu benar-benar melelehkan hatiku yang telah terlanjur membeku pada-Nya." -Syifanazia Hanna- Hati Hanna benar-benar telah membeku untuk kembali ke kehidupannya dahulu lantaran ia masih tinggal di 'neraka dunia'. Ia tahu apa yang sal...