Hai readers... Maaf author belum post dua hari ya... author akhir-akhir ini sibuk soalnya.
Yaudah, supaya nggak ngambek, author langsung post dua part hari ini ya...
Jangan lupa vote dan komen :)Hanna sedang duduk di gazebo kampus sembari membaca sebuah buku. Ujian dadakan yang diumumkan oleh dosennya saat Hanna sedang beriap-siap ke kampus pukul setengah delapan tadi berhasil membuatnya sangat panik. Hanna sama sekali belum memiliki persiapan apa-apa. Morfologi Bahasa Indonesia. Mata kuliah yang merupakan kelemahan Hanna.
Kening Hanna berkerut. Ia memahami materi dengan khidmat. Walau Hanna suka terlambat masuk kelas atau suka datang di detik-detik sebelum dosen tertentu masuk kelas, Hanna termasuk tipe mahasiswi yang rajin. Ia suka menyalin materi yang sedang diterangkan oleh dosen.
Jika ditanya siapa yang paling lengkap catatannya di jurusan Sastra Indonesia di angkatan Hanna, maka gadis itulah jawabannya. Hal ini karena ia bisa berkonsentrasi saat mencatat sembari mendengar materi yang dosennya ajarkan saat itu.
Hanna masih fokus belajar. Sesekali, ia menguap. Semalam, Hanna belum bisa terlelap sampai jam setengah tiga pagi. Alhasil, Hanna terlihat lelah hari ini.
"Assalamualaikum, Na." Tiba-tiba, Chrisie datang. Ia langsung duduk di samping gadis dengan rambut sebahu dengan model rambut Hulf Bun itu.
Hanna menoleh sebentar. Menjawab salam, lantas melanjutkan aktivitasnya semula. Satu jam lagi, ia akan ujian dadakan.
Chrisie yang paham bahwa Hanna tidak bisa diganggu saat ini memilih untuk melanjutkan membaca sebuah novel islami. Ia sudah selesai kuliah hari ini.
Hening beberapa menit. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Eh, maaf ya Sie. Aku bukannya nggak mau ngomong sama kamu. Tapi aku lagi sibuk soalnya. Bentar lagi mau ujian dadakan." Hanna tiba-tiba memecah keheningan. Ia menatap Chrisie yang baru saja juga menatap dirinya.
Chrisie tersenyum, "Iya, nggak apa-apa kok. Aku paham. Kalau boleh tahu, nanti ujian dadakannya mata kuliah apa?"
"Morfologi Bahasa Indonesia." Hanna menjawab seadanya.
Chrisie ber-oh pelan, "Semangat, Hanna. Semoga kamu diberi kemudahan jawab soal itu." Ujarnya setelah itu.
Hanna mengangguk, tersenyum.
"Oh iya, Na. Besok kamu mau ikut kajian rutin di masjid kampus nggak?" Chrisie terlihat sumringah menawarkannya pada Hanna.
Hanna menggeleng, terlihat tidak tertarik, "Kayaknya enggak, Sie. Aku besok udah ada janji jalan bareng Reyhan, Doni, dan Fiya."
Chrisie terlihat sedikit kecewa, lantas tersenyum getir, "Oh... Gitu ya... Nggak apa-apa kok, Na. Lain kali aja kalau gitu."
Hanna mengangguk.
"Kalau kamu mau nanya apa aja yang dibahas di kajian itu, kamu bisa telfon atau kirim pesan ke aku." Ujar Chrisie.
"Oke, Sie. Makasi ya." Hanna tersenyum.
Chrisie mengangguk, bilang sama-sama. Tak lama, Hanna pun merapikan bukunya. Ia kemudian memasukkan sebuah binder ke dalam tas, lalu mendekap beberapa buku paket ke dadanya, kemudian berdiri.
"Sie, aku ke perpus dulu ya. Mau anterin buku-buku ini. Takutnya aku telat masuk kelas."
Chrisie mengangguk, tersenyum.
Hanna telah selesai mengembalikan buku. Kini, ia sedang berjalan menuju ruangan kelas. Dari kejauhan, Hanna bisa melihat beberapa teman-temannya sedang sibuk belajar. Satu-dua ada yang mengomel karena materi saat ini terasa begitu sulit.
"Na, nanti mohon kerja samanya ya..." Keyla, salah satu teman Hanna memegang pelan bahu gadis itu. Keyla itu gadis yang pintar, tapi cukup sulit baginya untuk percaya pada dirinya sendiri.
Hanna mengangguk, "Oke, Key. Tapi aku nggak bisa janji, ya..." Keyla tersenyum lebar, lantas mengacungkan jempol untul Hanna.
Sebenarnya, Hanna tidak ingin bekerja sama dengan Keyla. Bukannya pelit. Namun entah mengapa, ia memilih untuk jujur mengerjakan ujian nanti. Ia teringat dengan kalimat Chrisie beberapa hari yang lalu.
Jika kita curang saat ujian di sekolah atau di kampus, itu berarti sama aja nilainya haram. Dari nilai itu, bisa dipakai nanti buat lamar kerja. Kalau kita diterima dengan nilai kategori haram itu, boleh jadi gaji kita juga haram. Dan gaji itu pun nanti bakalan kita pakai buat ngidupin keluarga. Nggak kebayang dong kalau kita sekeluarga makan pakai uang haram sampai bertahun-tahun lamanya.
"Oke, nanti gue bakalan pura-pura budeg." Ujar Hanna dalam hati sembari terkekeh pelan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Muazin
Teen Fiction"Aduhai, suara itu benar-benar melelehkan hatiku yang telah terlanjur membeku pada-Nya." -Syifanazia Hanna- Hati Hanna benar-benar telah membeku untuk kembali ke kehidupannya dahulu lantaran ia masih tinggal di 'neraka dunia'. Ia tahu apa yang sal...