Happy reading ☺️
Jangan lupa vote dan komen yaa...______________
Kantin FSI terlihat mulai lengang. Hujan juga sudah mulai mereda. Hanna dan Chrisie sudah lebih setengah jam di sini.
Kini, gadis dengan rambut sebahu itu sedang merangkul Chrisie. Menenangkannya. Temannya itu menangis sesegukan sekarang. Mereka sempat menjadi perhatian seisi kampus beberapa waktu yang lalu.
Masa lalu dan sejarah Chrisie untuk menjadi seorang mualaf membuat Hanna tertegun. Ia tak menyangka bisa memiliki teman seorang mualaf."Kalau kamu tidak kuat, jangan teruskan, Sie. Kamu bisa cerita di lain waktu. Atau kalau perlu, tidak usah kamu ceritakan kejadian selanjutnya padaku."
Hanna mengelus pelan bahu Chrisie. Tersenyum tipis.Hanna bisa menduga apa lanjutan dari cerita temannya itu.
Bunda Chrisie tak terselamatkan. Mungkin saja begitu, bukan?
Chrisie melepas rangkulannya, menggeleng pelan. "Tidak. Aku akan melanjutkannya, Na. Kamu tadi bertanya kenapa aku bisa kenal dengan Aswad, bukan?" Ia tersenyum tipis, "Sedikit lagi, Na. Sedikit lagi Aswad akan muncul."
Hanna merapatkan bibir. Ia seakan terpaku ke bumi.
"Lantas, apa yang terjadi pada bundamu, Sie? Beliau baik-baik saja, bukan?"Chrisie menerawang. "Malam itu, ayah dengan telaten menggendong bunda yang bersimbah darah ke dalam mobil. Mobil kami lantas melaju kencang menuju rumah sakit. Dalam perjalanan, bunda mengerang pelan, menahan sakit. Ayah makin mempercepat laju mobil. Jantung kami sama-sama berdetak kencang. Kami bahkan tak menyangka kejadian ini akan terjadi. Tak lama, mobil sudah sampai di rumah sakit. Petugas rumah sakit dengan sigap membawa bunda ke IGD. Malam itu benar-benar terasa sangat panjang bagi kami." Chrisie mengehela napas, memberi jeda. "Setelah kurang lebih 15 menit bunda ditangani, dokter kemudian keluar dari ruangan itu, membawa kabar baik. Bunda bisa tersekamatkan. Namun, bunda masih belum sadarkan diri."
Hanna menghela napas lega. Ia turut senang mendengar kabar itu.
"Berapa lama Bunda Helen sadarkan diri, Sie?"
"Dua hari." Jawab Chrisie singkat. Menatap meja yang sudah bersih. Tadi, pelayan kantin sudah membawa piring dan gelas kotor ke belakang, hendak dicuci. Dua gadis itu juga sudah membayar pesanan mereka.
Hanna menutup mulutnya. Tidak percaya.
"Dan... Kamu tahu? Saat bangun, bunda tiba-tiba ingin masuk islam juga, Na. Aku dan ayah sangat kaget dibuatnya. Bunda langsung minta ayah untuk memanggil Ustazah Hanum, dan bersyahadat di hari itu juga. Beruntung, ayah memiliki nomor telepon Ustad Farhan, lantas menceritakan semua yang terjadi pada Ustad Farhan. Ustad Farhan langsung bergegas menuju rumah sakit, Na."
"Kenapa Bunda Helen tiba-tiba langsung ingin jadi mualaf, Sie?" Hanna bertanya hati-hati."Saat kami menggu Ustad Farhan dan Ustazah Hanum, bunda menceritakan mimpinya kepada kami. Di mimpi itu, bunda melihat aku dan ayah sedang berada di dalam taman bunga yang indah, sedangkan bunda berada di balik pagar taman itu. Bunda berusaha memanggil kami, tapi kami sama-sama menggeleng, menyuruh bunda masuk ke taman itu. Dan masalahnya, untuk masuk ke sana dan membuka gerbangnya harus menyebutkan kata kunci." Chrisie menatap Hanna, hendak bertanya. "Kira-kira menurut kamu, kata kuncinya apa, Na?"
Hanna menggeleng. Tidak tahu. Bertanya balik kepada Chrisie.
"Kata kuncinya adalah dua kalimat syahadat, Na. Kala itu, bibir bunda terasa terkunci untuk menyebutnya. Makin lama, bunda melihat kami makin jauh, Na. Kami juga melambai padanya. Bunda makin panik. Dan saat terbangun, bunda langsung menghubungkan mimpi itu dengan dirinya, Na.
Bunda bilang, saat beliau melihat aku dan ayah tanya jawab tentang islam bersama Ustad Farhan dan Ustazah Hanum, bunda merasa ada suatu hal yang menggetarkan hatinya. Bunda merasa telah menemukan jawaban dari pertanyaan besar di dalam hidupnya. Kamu tahu, Na? Saat kami sudah pergi dari masjid itu, bunda ternyata diam-diam memikirkan pertanyaan besarnya yang secara tak langsung sudah dijawab oleh Ustad Farhan. Dan... Bunda saat itu juga sempat memikirkan untuk menjadi mualaf, sama seperti kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Muazin
Jugendliteratur"Aduhai, suara itu benar-benar melelehkan hatiku yang telah terlanjur membeku pada-Nya." -Syifanazia Hanna- Hati Hanna benar-benar telah membeku untuk kembali ke kehidupannya dahulu lantaran ia masih tinggal di 'neraka dunia'. Ia tahu apa yang sal...