Hayooo siapa yang nggak sabar nungguin cerita ini update? 😄 Update nih sekarang 😌
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya yaa ♥
Mana tau kalau udah nyampe 100 votes, aku langsung update bab 2 🌝Enjoy~ ♡
.
.
.
Tiga tahun telah berlalu sejak Haechan pertama kali dibawa meninggalkan kampung halamannya dengan sedikit paksa, meninggalkan rumah reyotnya, meninggalkan sang ayah yang terbaring tak berdaya. Ia dibawa ke sebuah negeri yang begitu asing, entah dari segi bahasa, karakteristik orang-orangnya, serta kebudayaannya.
Sosok kecil Haechan tak pernah mengerti bahasa lain selain bahasa Korea, tak pernah mengetahui budaya lain selain kebudayaan Gangwon, tanah kelahirannya. Namun, saat diseret menuju negeri yang sangat jauh dari rumah reyotnya, ia hanya pasrah ketika dituntut untuk mengetahui segala hal mengenai negeri ini. Haechan kemudian tahu bahwa Jepang adalah negeri yang ia tempati, dengan Kyoto sebagai kota tempatnya menetap, berikut memahami bahasa dan kebudayaannya, salah satunya adalah geisha.
Haechan tak pernah menduga bahwa sosok kecil nan polosnya akan dibawa dan diungsikan pada salah satu dari sekian banyak okiyaㅡrumah pribadi milik geishaㅡdan diperbudak di sana, menjadikan ia satu-satunya lelaki di rumah itu. Alasan mereka menempatkan Haechan di okiya adalah sebab wajahnya yang terbilang sangat cantik apabila dibandingkan dengan lelaki kebanyakan, terlebih matanya. Mereka semua jatuh cinta pada manik cokelat karamel milik Haechan, mata yang terkesan tegas, tetapi lembut di saat bersamaan. Hal itu membuat Pon Hiki berpikir, bahkan sejak melihat bocah laki-laki itu pertama kali, bahwa Haechan dapat menjadi keberkahan hidupnya suatu hari nanti.
Mengerjakan segala tugas dengan baik sebagai seorang budak tak serta-merta membuat orang-orang di okiya jatuh hati padanya, terlebih Ishihara. Wanita itu selalu memandang Haechan kecil dengan sinis, terlebih kalau ia kedapatan berada di dekat kamarnya, dipastikan wanita itu akan menghardik Haechan tanpa ampun, bahkan Pon Hiki sendiri tak mampu melerai. Ishihara selalu berusaha mencari celah untuk dapat menyalahkan bocah itu, melampiaskan segala amarah yang tak dapat dikeluarkannya sebagai seorang geisha yang dituntut serba bahagia. Haechan harus rela menjadi sasaran tinjunya. Namun, bocah kecil polos itu hanya bisa pasrah, pun melampiaskannya pada isak kecil di atas loteng setiap tengah malam. Ia sebisa mungkin tetap menjadi anak baik, sebagaimana janji pada sang ibu.
Ibunya pernah berkata, "Kebaikan ada bersama orang-orang yang baik." Kata-kata itu terngiang dalam kepala, menjadi penyemangat Haechan di kala hidup mulai terasa pahit. Ditambah bayang keadaan lemah sang ayah yang membuatnya sesak tiap malam, mendorong Haechan untuk tabah sekuat mungkin. Aku begini demi Ayah dan Ibu. Aku akan membahagiakan mereka. Itulah yang selalu hati malangnya ucapkan.
*
"Dorei!"
Teriakan Ishihara membahana. Dengan kedua ujung alis bertemu, wanita itu memanggil Haechan dengan tak sabar. Haechan yang tengah mengangkut air dari sumur untuk mengisi bak-bak mandi okiya pun sontak menoleh ke arah sumber suara, meninggalkan pekerjaannya sejenak demi menghampiri Ishihara.
"Ya, Ishihara-san," ucapnya sopan dengan suara pelan.
"Mana geta-ku? Sudah kau bersihkan?" tanya Ishihara sambil sibuk bersolek di depan cermin, mengabaikan Haechan yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ma-maaf?" Haechan terdengar ragu-ragu, bahkan terkesan bingung. Ia ingat dengan jelas bahwa Ishihara tak menyuruhnya membersihkan geta, bahkan ia sama sekali tak diperbolehkan menyentuh barang-barang wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Reddish Crown [Bahasa]
Fanfic[SUDAH CETAK] Lee Haechan tak mengira bahwa kehidupannya yang serba kekurangan, berubah seratus delapan puluh derajat begitu sosok kurus Pon Hiki hadir di hidupnya. Dalam fantasi paling liar Haechan sebagai bocah, geisha tidak pernah melintas barang...