5 | MENJADI SEORANG GEISHA

3.8K 765 299
                                        

Hai! Kalian gercep banget votesnya :') Nggak sampai satu hari udah 100 votes aja. Kalau gitu, sekarang aku naikin jadi 150 votes yaa :'D

Btw, aku mau sedikit jelasin. Geisha itu adalah pekerja seni tradisional Jepang, tapi nggak sedikit yang memandang mereka sebagai pekerja seksual. Hal ini sebab geisha cenderung menonjolkan keperawanan mereka, entah melalui warna kerah kimono yang dikenakan, atau tradisi penjualan mizuage dan pencarian danna. Walau geisha disebut pekerja seni yang tidak memperbolehkan pemuasan nafsu bagi klien, selain pelayanan minum teh, tapi dalam praktiknya, pendapatan terbesar geisha berasal dari penjualan mizuage dan kucuran dana dari dannaㅡpria yang kemudian membeli dan mengklaim seksualitas si geisha. Jadi, geisha ini pekerja seksual atau bukan? Iya. Pelacur atau bukan? Bukan. Semoga jelas ya :D

Enjoy this chap and don't forget to leave your comments and votes! <3

Votes nyampe 150, aku update bab 6 :D

.

.

.

Haechan berhasil mempertahankan sanggul hingga satu minggu lamanya, bahkan melampauinya. Tak hanya itu, permainan shamisen-nya pun telah dikatakan membaik, membuat Yuki berkali-kali melayangkan tatapan bangga.

Hari ini, keduanya tampak duduk berhadapan di ruang tengah okiya, dengan seteko teh yang tersedia di atas meja kecil di hadapan mereka. Yuki berkata, pelajaran hari ini terbilang sederhana, hanya tentang tata cara menuang teh sebagai seorang geisha.

"Tuangkan teh ke cangkirku, Haechan-kun," perintah Yuki.

Haechan menurut. Ia meraih teko di atas meja, lalu menuangkan isinya ke cangkir Yuki dengan gerakan sederhana.

Melihat itu, Yuki tersenyum tipis. "Bagus sekali."

Haechan menampilkan senyum sipu, tetapi beberapa detik kemudian, senyumnya luntur ketika mendengar lanjutan ucapan wanita itu.

"Seperti penggembala babi yang kehausan."

Haechan mendesahkan napas kecewa.

"Coba lagi, dengan gerakan lebih anggun kali ini. Sangga tutup tekonya menggunakan tangan kirimu, sementara tangan kananmu memegang gagangnya. Tuangkan cairannya perlahan-lahan, perhatikan ritme suaranya."

Haechan mencoba mencerna arahan itu, pun mempraktikkannya. Ia menuang teh ke gelasnya sendiri seperti gerakan yang telah diarahkan Yuki.

"Ya, bagus sekali. Seperti itu."

Haechan kali ini dapat benar-benar tersenyum bangga.

"Silakan nikmati tehmu, kalau begitu."

"Kita tak melakukan latihan, Onee-san?" tanyanya.

Yuki yang tengah menyesap tehnya pun melirik, lalu meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja. "Bukannya sudah selesai? Kau menuang teh dengan baik. Lagi pula, apa lagi yang harus dilatih? Tarianmu, permainan shamisen-mu, semuanya sudah sempurna. Kau sudah siap, Haechan-kun."

Ujaran itu sontak membuat Haechan merasakan debaran yang lebih kencang dari biasa. Jantungnya lebih bergemuruh ketimbang tiga bulan lalu, saat ia baru diserahkan dan dijadikan maiko di okiya milik Yuki. Kini, langkahnya telah semakin dekat untuk menjadi seorang geisha, membuatnya kalut sendiri.

"Onee-san, bolehkah aku bertanya?"

"Apa pun."

"Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi geisha sesempurna dirimu?"

[✓] The Reddish Crown [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang