S E M B I L A N B E L A S

3.7K 485 61
                                    


Agnia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya ketika mendapati Mahesa sedang menunggunya di lobby gedung apartemennya. Mahesa bersikeras untuk menjemput Agnia karena hari ini adalah first date mereka meskipun Agnia pun tak kalah bersikeras untuk bertemu langsung dengan Mahesa di venue Disney on Ice diselenggarakan. Kini, Mahesa sedang duduk di salah satu sofa di ruang tunggu menunggu kehadiran Agnia. Hanya saja, lelaki itu tidak sendiri. Ia ditemani oleh satu sosok kecil yang tengah duduk manis di samping Mahesa sambil mengayunkan kedua kakinya. Agnia hampir memutar balik kalau bukan karena Mahesa akhirnya menyadari kehadiran Agnia.

"Agnia!"

Alis Agnia terangkat tinggi ketika Mahesa melambaikan tangan sambil memanggilnya dengan suara yang cukup kencang. Anak kecil yang berdiri di samping Mahesa pun ikut menoleh ke arahnya.

Agnia mengulum senyum dengan terpaksa dan berjalan ke arah Mahesa dan anak kecil tersebut. "Mahesa."

Mahesa berdiri lalu menggenggam tangan anak kecil tersebut untuk membantunya berdiri. "Agnia, perkenalkan teman kencan kita hari ini. Edma."

Agnia melirik ke arah anak lelaki yang masih menggenggam tangan Mahesa bernama Edma tersebut. Kedua matanya berkedip, berusaha untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini. Mahesa sama sekali tidak memberitahukan bahwa ia akan membawa teman kencan tambahan di first date mereka. Agnia kembali mengedipkan kedua matanya. Jika diperhatikan dengan seksama, anak lelaki bernama Edma tersebut sangat mirip dengan Mahesa. Apakah mungkin...

"Edma, ini temannya papi, Dokter Agnia." Ujar Mahesa memperkenalkan Agnia kepada Mahesa.

Kedua mata Agnia yang sedari tadi memperhatikan Edma kini beralih menatap Mahesa bingung. Dahi Agnia mengernyit. "Papi?"

Mahesa mengulum senyum lalu menggendong Edma dengan satu gerakan cepat. "Yup. Edma is my son. Right, buddy?"

Edma hanya mengangguk pelan sambil tak lepas menatap Agnia. Tampak jelas bahwa Edma kurang nyaman. Bocah itu memilih untuk mengalungkan lengan dan menyembunyikan wajahnya di leher Mahesa.

Agnia tidak dapat berkata-kata dan hanya menatap Mahesa dengan penuh tuntutan. Bukan karena ia tidak suka akan keberadaan anaknya Mahesa sebagai third wheel mereka, tapi karena Mahesa yang sama sekali tidak memberikannya informasi ataupun penjelasan terlebih dahulu kalau ia berkeluarga. Agnia tidak mau berurusan dengan lelaki yang terikat baik hati maupun secara status. Tiga hubungan terakhirnya kandas karena mantan-mantan kekasihnya itu terikat pada perempuan lain, baik hati maupun status.

"Lo nggak bilang kalau lo sudah berkeluarga?" desis Agnia kesal. Ia berusaha sepelan mungkin agar Edma tidak mendengarnya.

Mahesa tertawa kecil lalu menggeleng. "Lo nggak perlu khawatir, keluarga gue saat ini cuma Edma."

"What do you mean?" Agnia masih tidak bisa memahami situasinya saat ini.

"Gue duda, if that's answering your question." Jawab Mahesa sambil menghembuskan napas.

Lagi, Agnia tidak mampu berkata apa-apa karena Mahesa tak hanya menjatuhkan satu bom di hadapannya. Bom pertama adalah Mahesa yang sudah memiliki anak berumur enam tahun, Edma. Bom kedua yang di jatuhkan Mahesa adalah statusnya sebagai duda. Agnia merasa ini semua terlalu berlebihan untuknya dan ketika ia hendak memutar balikkan tubuhnya kembali ke arah lift gedung apartemennya, Mahesa menahannya dengan cepat.

"Apa lo terganggu dengan status gue?" tanya Mahesa penasaran.

Agnia menghela napas panjang. Ia menatap Mahesa dan Edma bergantian lalu menggeleng pelan. "Gue sama sekali nggak terganggu dengan status lo sebagai duda beranak satu atau apapun itu. Gue hanya merasa dikelabui. I hate it when someone's not honest with me."

Bitter TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang