05√ Special

1.4K 246 33
                                    

Kornea mataku melihat Taehyung mengulum bibirnya sesaat, namun detik selanjutnya pria ini mengangguk, tanpa berniat merespon lebih atas ucapan yang ku lontarkan.


"Aku– aku," Taehyung membuka suara setelah lama kami terdiam.

"Aku? Aku apa?" Aku menyela ucapan Taehyung dan bertanya. Alisku terangkat sebelah— penasaran akan kelanjutan kata yang dituturkan Taehyung.

"Maaf." Pria ini merunduk. Mungkin merasa bersalah, padahal jelas-jelas disini aku yang bersalah.

"Kau tidak salah, aku yang salah. Oh, ya! Tadi, kenapa pergi? Kan, sudah kubilang untuk duduk dan menunggu."

"Diusir."

Aku mematung, jujur saja hatiku tersayat, mengetahui jika Taehyung diperlakukan seperti ini. Hal seperti ini memang sudah lazim terjadi di negara ginseng Korea Selatan ini. Tapi, perbuatannya sungguh diluar dugaan.

Aku salut dengannya– yungie, bisa menghadapi orang yang menindasnya dengan begitu keji tanpa membalas sedikitpun. Pria ini hanya pasrah diperlakukan seperti ini. Ah, seharusnya dia melawan.

Dan seseorang yang mengusirnya tadi; apakah orang itu tidak memiliki etika? Heol, aku yakin 100% jika Ia tidak memiliki etika. Kalau saja, aku tahu siapa orang itu– sudah kuhajar habis-habisan hingga akhirnya orang itu menyesal dengan perbuatan yang telah Ia lakukan.

"Kenapa pria tadi terlihat sangat marah padamu?" Tanyaku dengan nada memelan.

"Aku tidak sengaja menabraknya. Aku salah, ya?" Jawaban Taehyung membuatku menghembuskan nafas seketika itu.

"Tidak, kau tidak salah! Uhm ... Kau mau es krim, tidak? Bingsu yang tadi kubeli sudah jatuh. Kalau beli bingsu lagi, antriannya cukup panjang-- makannya tadi aku sedikit lama. Maaf ya." Lagi-lagi aku berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Nggak papa, kok." Aku menghela lega dikala mendengar respon Taehyung.

"Jadi? bagaimana? Es krimnya jadi?" Tak kusangka, lelaki ini menganggukkan kepalanya dengan cepat seraya tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi rapihnya.

Tanganku mengusap surai legamnya sebelum akhirnya aku menghamburkan tawaku dengan gemas.

"Yaudah, ayo!"

.

.

.

"Kamu sukanya, apa?"

"Coklat?"

"Vanilla?"

"Atau strawberry?"

Aku bertanya dengan alis terangkat sebelah. Sang empu yang ditanya justru bungkam, tidak menjawab pertanyaanku– membuatku yang menunggu jawaban darinya menjadi kesal.

"Kamu sukanya apa, yungie?!"

"Aku suka kamu."

Taehyung melontarkan kalimat yang mampu membuat detak jantungku berdetak kencang tak karuan. Semburat merah kian terlihat pada pipiku. Entah sudah seperti apa.

Special[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang