09√ Special

1.3K 230 63
                                    

Aku terkejut bukan main, tubuhku seketika menegang— tanganku yang tengah sibuk mencari piyama dalam lemari spontan terhenti. Berusaha berpikir positif dan menghela guna menetralkan detak jantung yang kian berdetak kencang.

“A-apanya?”

“Kamu nggak pake baju.”

Tertegun seketika mendengarnya, aku membeku ditempat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ish! bagaimana bisa aku berbicara jika sudah tertangkap basah seperti ini?

Sial! Bagaimana bisa dia tau?!” Tidak mungkin kan selama ini lelaki itu hanya berpura-pura buta? Tamat sudah riwayatku— mau taruh dimana muka cantik ini? Aku mendesah pasrah, aku malu. Sungguh.

“Sok tau!”

“Jangan menyangkal,”

“K-kenapa kau bisa tau? Apa jangan-jangan-“

“Handuknya aku pakai, jadi aku tahu. Kamu yang bilang sendiri jika kini handuk kita hanya satu, untungnya aku nggak liat, makannya sebelum mandi Jisoo cek dulu, apa ada yang tertinggal atau tidak. Yaudah cepat pakai baju gih, kamu pasti kedinginan. Aku nggak mau kamu sakit.”

“Salah aku juga nggak kasih tau kamu.”

“Maaf ya, kalau begitu gih cepetan pakai bajunya. Masa diem mulu?”

Demi apapun, aku amat sangat tidak menyangka - akibatnya mulutku kini ternganga lebar – Tidak kusangka Taehyung secerdik dan sepintar itu.

****

Dikala matahari mulai terbit dan memancarkan cahaya keemasannya– bisikan serangga yang samar-samar dan kepakan sayap burung-burung menggerakkan dedaunan yang rindang.

Aku menghirup sejuknya udara pagi melalui jendela kamar yang dibiarkan terbuka dan membiarkan angin tersebut menerpa surai hitamku. Cahaya mentari pagi menyeruak memenuhi ruangan— namun tak menjadikan gangguan bagi Taehyung yang kini tengah terlelap dengan pulas.

Pandanganku tak luput dari Taehyung yang masih tertidur dibaluti selimut tebal, tangannya yang tiba-tiba menaikkan selimut hingga menutupi wajahnya, sangat menggemaskan.

“Kau terlalu cerdik.” Gumamku ketika kejadian memalukan semalam kembali terlintas dalam pikiranku. Ingin rasanya aku menenggelamkan wajahku ke laut kala itu juga saking malunya.

Seperkian detik kemudian, suara bel  berdenting masuk ke indra pendengaranku hingga akhirnya aku dengan segera melangkahkan sepasang tungkai kaki menuju pintu utama.

Sesampainya disana, aku membuka pintu itu dengan perlahan— menampakkan seorang wanita paruh baya ditemani tas besar yang ada disampingnya. Bibi itu menarik kedua sudut bibirnya keatas membuat senyuman manis yang kini menghiasi wajahnya.

Dalam hati, aku terus bertanya-tanya siapakah bibi ini? Aku belum pernah melihat bibi ini sebelumnya.

“Selamat pagi Nona.”

Ah, Selamat pagi.”

“Maaf telah menganggu anda sebelumnya, saya adalah pelayan yang ditugaskan nyonya Kim untuk bekerja disini.” Lagi, aku mengernyitkan dahi.

“Ibu Yoona?”

“Iya nona, sebelum ini saya juga telah bekerja menjadi pelayan dirumah nyonya Kim selama 25 tahun.” Mulutku spontan melongo tak percaya.

Woah, benarkah? Tapi kenapa aku tidak pernah melihat bibi? Aku pernah ke rumah Taehyung dan bibi tidak ada disana?”

“Saya mengambil cuti selama 2 minggu belakangan ini, dan mulai hari ini saya kembali bekerja seperti biasa.” Aku mengangguk mengiyakan.

Special[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang