Enam

33.9K 1.2K 25
                                    

"Maaf, aku baru tahu kalau kau sudah bersuami."

"Bukan masalah." Citra tersenyum, kemudian menutup pintu kamar. Ia melepaskan pakaiannya, menyisakan pakaian dalam. Wanita itu naik ke atas kasur. Sementara Axel tertegun, menelan ludahnya menyaksikan pemandangan siang ini.

"Kenapa diam saja? Sini, duduk di sebelahku!"perintah Citra.

Axel mengangguk, perlahan, ia naik ke atas tempat tidur. Duduk bersandar di sebelah Citra. Ekor matanya bergerak, mencuri pandang ke gundukan kenyal yang mencuat. Citra menyalakan televisi.

"Apa yang aku lakukan selama menjadi simpananmu?"

"Memuaskanku, menemaniku, ada kapan saja saat aku mau,"jawab Citra.

"Bagaimana jika aku menginginkanmu?"tanya Axel mulau berani. Itu bisa saja terjadi, seperti saat ini yang tiba-tiba saja menginginkan tubuh Citra.

"Kamu harus tanya dulu padaku, jika aku bersedia, tentu aja nggak akan ada masalah."

"Baik. Lalu, apa lagi yang harus kulakukan?"

Citra menatap Axel."Menjaga rahasia hubungan ini. Menjadi orang asing ketika aku dan suami bersama atau ketika kira tidak sengaja bertemu di luar janji."

"Bagaimana dengan keuntungan yang aku dapatkan?"

Citra mengambil tangan Axel, menggenggamnya dengan lembut."Aku sudah tahu apa yang kauinginkan. Akan kulakukan besok."

"Terima kasih." Axel tersenyum senang.

Citra memerhatikan setiap lekukan wajah Axel. Pria yang tampan dan seksi, mampu membangkitkan gairahnya dalam pertemuan pertama. Ketampanan Axel bisa disejajarkan dengan Nicholas. Mungkin, karena itu jugalah, Citra tertarik.

Citra menghadap ke Axel, menatap wajah pria itu lekat-lekat. Mendekatkan wajahnya, melumat bibir Axel dengan lembut. Axel membalas ciuman Citra. Kali ini, mereka memulainya dengan kesadaran penuh. Ada sedikit rasa canggung, tapi, Axel harus membiasakan diri. Satu tangannya mencoba memberanikan diri menyentuh buah dada Citra. Mengusap-usap pelan, lalu kedua tangannya melingkar di tubuh wanita itu. Axel membuka kaitan bra. Mengenyahkan penutup daging lembut dan putih itu dengan asal. Ciuman mereka terlepas. Bibir seksi Axel mendarat di leher Citra, memberikan kecupan bertubi-tubi di sana. Citra menggelinjang, meremas rambut Axel. Bibir Axel bergerak pada bagian yang sejak tadi membangunkan gairahnya.
Puncak dada bewarna kecoklatan itu kini basah oleh lumatan-lumatan Axel. Kini, Citra dibaringkan dengan keadaan sudah lemah. Axel kembali menyerang puncak dada Citra, memberikan gigitan-gigitan kecil dan bercak kemerahan di sekitarnya.

Suara desahan Citra menggema. Axel mengecup perutnya. Sekarang, Axel tengah menurunkan celana dalamnya. Kedua pahanya dibuka lebar-lebar, wajah Axel tenggelam di sana. Citra terbelalak,ingin mencegah,tetapi, lidah Axel sudah menelusuri bagian intimnya.

"Axel!" Citra tidak bisa menahankankan rasa nikmatnya. Desahan-desahan nikmat kini keluar dari bibir merahnya. Ia mencoba menghentikan pria itu karena tidak tahan lagi.

Axel berhenti, sekarang, ia membuka semua pakaiannya. Wajah Citra terasa panas melihat milik Axel terlihat tegang. Ia tidak ingat bagaimana semalam benda itu memasukinya. Katanya, di hubungan pertama kali, akan merasakan sakit yang luar biasa. Tapi, masa itu sudah ia lalui dengan tidak sadar. Semoga saja, kali ini tidak sakit lagi.

Axel memasuki Citra. Ia merasakan miliknya seakan dihimpit benda yang sangat rapat. Namun, ia ingat tugasnya di sini adalah untuk memuaskan. Tidak boleh ada ejakulasi dini. Pria itu menghunjam beberapa kali dengan pelan, lalu bergerak cepat, kemudian berhenti untuk mencumbu Citra.

Tubuh Citra terasa begitu rileks. Sentuhan demi sentuhan Axel mampu membuatnya merasakan ketenangan. Axel kembali menghunjam, kali ini dengan keras dan cepat. Keduanya pun mendesah bersamaan saat mencapai puncak kenikmatan. Citra mengatur napas, tidak salah ia memilih Axel.

Esok harinya, Citra membawa Axel ke apartemen. Di sinilah, nantinya percintaan demi percintaan akan tercipta di antara mereka. Lebih bagus jika nantinya Citra bisa hamil. Nicho justru akan senang, sebab, mereka tidak akan dikejar dengan pertanyaan itu. Nicho juga tidak perlu menghamili Citra, dan tentunya itu tidak akan pernah terjadi.

Usai mengurus apartemen, dua hari kemudian, Citra mengurus Perusahaan Axel, tentunya ia meminta sedikit bantuan dari Nicho. Hubungan ini benar-benar aneh, tapi, keduanya terlihat bahagia dengan kehidupan masing-masing. Nicho dengan kekasihnya, sementara Citra dengan pria simpanannya.

"Terima kasih sudah membantu. Aku nggak tahu harus bagaimana berterima kasih."

Citra mengusap dada Axel."Cukup laksanakan tugasmu dengan baik!"

Axel tertawa kecil, ia membukakan pintu mobil untuk Citra."Akan kuberikan yang terbaik."

Mobil melaju kembali ke apartemen. Keduanya duduk berdampingan dengan hening.

"Besok, aku sudah mulai bekerja,ya?"

Citra melirik,"bukankah lebih enak kalau kamu menunggu uangku saja?"

"Tidak bisa begitu. Aku juga harus bekerja keras. Boleh,kan?"

"Iya, boleh. Asalkan kamu tidak melupakan tugasmu saja."

Axel memberikan kecupan di pipi Citra."Baik, sayang...."

Senyuman Citra mengembang, ia membiarkan Axel menggenggam tangannya sekarang. Ia merasa nyaman bersama lelaki itu. Kini, ia menyandarkan kepala di lengan Axel. Hubungan ini berjalan baik. Nicho bahagia dengan kekasihnya, begitu juga dengan Citra.

"Hari ini kamu pulang?"

Citra mengecek ponselnya, membaca pesan Nicho yang minta agar Citra sudah ada di rumah saat sore hari. Katanya, kedua orangtua Nicho akan datang menengok anak dan menantunya. "Masih beberapa jam lagi. Aku bisa istirahat di Apartemen dulu."

"Baiklah, sayang." Kecupan lembut mendarat di kening Citra. Perasaan keduanya menghangat. Benih-benig cinta mulai tumbuh di antara mereka.

❤❤❤

Pria SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang