Usai bicara dengan Olla, Nicho tidak lagi berminat melakukan kegiatan apa pun. Bahkan ia pergi begitu saja tanpa pamit. Kekasihnya ia abaikan begitu saja. Perasaan bersalah pada Citra, kini kian membesar. Tapi, ia tidak tahu harus bagaimana. Ia mulai berpikir kalau hubungan Citra dan Axel akan ketahuan.
Keesokan harinya, Nicho bangun. Ia melihat Citra sudah ada di rumah. Ia tidak ingin bertanya kapan wanita itu pulang. Moodnya buruk sekali pagi ini. Wajah Citra terlihat berseri-seri sembari menyisir rambut panjangnya.
Nicho berdehem,"Citra!"
"Ya?"balas Wanita itu cepat.
"Kamu mau liburan tidak?"
Kening Citra berkerut."Liburan?" Lalu, ia tersenyum."Aku nggak pengen liburan. Lagi malas ke mana-mana. Di sini ajalah."
"Mama menyarankan liburan. Kalau kamu mau, biar aku ambil cuti."
Meskipun heran dengan sikap Nicho, Citra tidak ambil pusing. Ia kembali fokus pada rambutnya."Nggak perlu, Nic, santai aja."
"Oke." Nicho melangkah ke toilet dengan kecewa.
Sementara Citra tidak memikirkan kata-kata Nicho barusan. Di kepalanya, dipenuhi kebahagiaan atas hubungannya dengan Axel. Terlebih lagi, percintaan semalam itu begitu hebat. Ia dan Axel sudah mengatur jadwal lagi untuk bertemu. Axel sudah mulai sibuk, sehingga mereka harus mengatur waktu untuk bertemu. Keduanya bak pasangan kekasih yang sedang dimabuk cinta.
Nicho sudah berpakaian. Raut wajahnya masih saja terlihat tidak bersemangat. Citra menjadi khawatir. Bagaimana pun, Nicho selalu bersikap baik padanya. Wanita itu mendekat.
"Kamu sakit?"
Nicho menggeleng tipis. Kemudian ia melangkah mengabaikan Citra. Wanita itu mengangkat kedua bahunya.
"Hari ini, kita makan di luar, ya,"kats Nicho tiba-tiba.
Citra mengangguk pelan."Iya, jam berapa? Biar aku ke kantor kamu."
"Biar aku yang jemput,"balas Nicho cepat.
Citra semakin heran dengan jawaban Nicho. Apa mungkin ,laki-laki itu sedang sakit."Ya udah." Citra tidak mau berdebat. Hari ini, dia di rumah saja. Axel sibuk, dan sepertinya mereka tidak akan bertemu selama beberapa hari ke depan.
Satu jam sebelum jam makan siang, Citra bersiap-siap. Lalu, ia menunggu dengan tenang di ruang tengah, sembari menonton televisi. Saat klakson mobil Nicho tedengar, Citra segera menekan remote. Ia berjalan cepat menuju keluar.
"Sorry, telat, ya?"tanya Nicho.
Citra masuk ke dalam mobil, Nicho langsung melajukan kendaraannya.
"Nggak kok. Aku khawatir aja kalau klien kamu nunggu."
"Aku nggak ada janji sama klien kok."
"Loh?" Citra terperanjat."Terus makan siangnya?"
"Ya cuma berdua." Nicho terkekeh.
"Oh, oke deh." Citra mengangguk mengerti. Ia menyandarkan punggungnya tanpa banyak bertanya lagi.
Ketika masuk ke restoran,mata Citra tertuju pada Axel. Ia tersenyum penuh arti pada pria itu. Di sebelah Axel ada Karin, dan beberapa orang lainnya, yang Citra pikir itu adalah relasi atau rekan kerja Axel. Mata Karin langsung menangkap kehadiran Citra bersama Nicho. Tatapan kebencian Karin terlihat begitu jelas. Kemarin, Citra bernesraan dengan Axel, sekarang justru bermesraan dengan suaminya. Terkadang, dunia tidak begitu adil. Citra bisa memiliki dua pria kaya dan tampan. Sementara dirinya,masih saja sendiri. Bahkan sudah bekerja pada Axel, pria itu tidak sedikit pun melirik ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Simpanan
RomanceMaukah kamu menjadi Pria simpananku? Fotografer (cover) : W R