Seperti yang sudah diperintahkan oleh bu Sasa, kedua sejoli itu fokus membolak-balik buku MTK peminatan yang diberikan oleh guru perpustakaan yang merupakan bu Tiny. Entah sudah keberapa kalinya Larissa menghelah napas Panjang, sesekali Thalassa meliriknya untuk memastikan Larissa benar-benar memahami buku-buku yang dia baca.
"Baca yang bener!" Larissa mendengus kesal, jelas hal ini yang selalu dinanti-nanti oleh Thalassa. Dimana Larissa harus memahami apa yang ada dibuku, jelas sedikitpun tidak Larissa paham.
"Ga paham"
Thalassa tersenyum miring lalu memindahkan bangku nya kesamping Larissa. Gadis itu sedikit kaget dengan kehadiran Thalassa yang mendekatkan dirinya kepada Larissa.
"Mau apa?" raut wajah bingung terbentuk diwajah Larissa, tanpa menghiraukan Thalassa mengambil ahli buku yang ada didepan Larissa.
"Jangan hanya dibalik-balik, kapan pintarnya" Larissa memutar bola matanya malas, padahal dipikiran Larissa dia akan diajak bolos dengan Thalassa. Tapi jelas Larissa salah dalam memilih orang untuk bolos.
Thalassa mulai menjelaskan sedikit demi sediki penjelasaan yang ada dibuku, namun tetap sia-sia karena memang dari awal Larissa sudah tidak menyukai pelajaran itu. Mau dijelaskan secara rinci pun otak yang sangat jarang Larissa gunakan itu tidak akan mampu memahami rumus-rumus serta bahasa Matematika.
Thalassa yang menyadari saat Larissa tidak mendengarkan nya dan malah asik memainkan rambutnya diantara hidung dan bibirnya langsung menyentil dahinya.
"Gila lo?" tatapan tidak suka langsung Larissa lemparkan kearah Thalassa, dia mengelus-elus dahinya yang sedikit nyeri.
"Iya gila gara-gara lo, asik mainin rambut aja! lo ngira gue radio rusak?" Larissa memutar bola matanya malas, Thalassa terus saja mengomelinya padahal menurut Larissa dia sama sekali tidak salah.
"Kakanda Thalassa yang menjengkelkan..Adinda memang sama sekali tidak memahami itu, tolong jangan dipaksain dong ah" Larissa berdecak sebal. Thalassa mengulum senyumnya,
"Bawel lo! setidaknya dengarin sedikit meskipun lo ngak paham, gue udah berusaha biar bikin lo ngerti, ck ini aja ngak peka gimana sama perasaan gue!" ujar Thalassa yang semakin memelankan suara diakhir kalimatnya.
"Gimana? gimana?"
Tuh boro-boro peka...dengar aja ngak, ck batin Thalassa kecut.
"Udah lah lanjutin belajarnya, sini biar gue jelasin lagi pelan-pelan" Larissa menghelah pasrah, padahal tadi lagi asik berdebat dengan Thalassa biar dia lupa dan tidak melanjutkan lagi menjelaskan yang ada dibuku, dasar Thalassa.
"Thalassa?" panggil Larissa pelan, Thalassa berdehem sebagai sahutannya.
"Kenapa lo nolak Adelyn?"
"Adelyn siapa?" Thalassa masih fokus dengan buku tanpa menatap lawan bicaranya.
Memang banyak adik dan seangkatan yang menyatakan perasaan kepada Thalassa bahkan ada sebagian kakak kelas juga, itulah mengapa Larissa banyak yang membenci atau bias dibilang sebagai pelampiasan karena ditolak Thalassa.
"Adek kelas yang nyamperin lo waktu kita mau ke café"
Thalassa masih fokus dengan kegiatannya tadi, padahal disini Larissa sudah mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya, sangat gugup itu lah yang bias menggambarkan situasi Larissa saat ini, aneh bukan?
"Gadis bodoh itu...siapa?"
Tepat saat pertanyaan itu keluar dari mulut Larissa, laki-laki itu langsung menoleh kearahnya. Nampak raut yang terkejut dan. malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THARISSA
Teen Fiction"Selama ini gue menganggap lo adalah sahabat. Kalau lo suka sama gue, lebih baik kita tidak bertemu lagi, maaf!" -Larissa Naomi Farrer "Silahkan, tapi gue yakin lo bakalan jadi jodoh gue karena lo memang sudah ditakdirkan buat gue, Larissa!" -Thal...