6

60 7 0
                                    


-MY HOMO-

“Hu-hub hubungan apaan, ah kak Bani nyeleneh ah elah.” Jawab Khanza cengengesan ga jelas.

“Gue nanya serius Za. Kalian gak pacaran, atau kalian emang Cuma temen deket?” kini pandangan Bani beralih ke Khanza.

“Kak Bani ku sayang, nggak ada apa apa kog. Aku Cuma pengen lebih kenal deket aja sama Exal.”

“Yakin? Beneran?”
“Iya, serius deh.” Bani menghela napas, mengembalikan HP Khanza berdiri lalu beranjak pergi. Sebelum pergi ia mengatakan,

“Jangan sampe suka sama Exal ya, dia cowok brengsek, dia belum bisa ikhlas, jangan mau sama dia, dia belum bisa jaga cewek. Jadi, gue saranin jangan terlalu deket sama Exal.

-MY HOMO-

Sejak tadi, sejak mendengar perkataan Bani Khanza slalu terngiang. Slalu teringat kata kata Bani. Apa maksudnya brengsek? Apa yang belum bisa di ikhlaskan.

Dengan modal penasaran dia bertanya pada Exal yang kini tengah duduk disampingny. Kini mereka akan pergi ke pantai Pandawa.

“Kak Exal.” Panggilnya lirih.

“Mau nanya.”

“Nanya aja.” Pandangannya masih fokus ke game yang sedang ia mainkan.

“Kakak udah pernah pacaran?” Dia diem aja. Terus nyaut,

“Belum, kan kata lo gue HOMO.”

“Oh iya.” Mampus, kejebak rencana sendiri.

“Kenapa?” Exal memasukkan HP yang sedang ia mainkan kedalam saku, menatap Khanza ddengan tatapan bertanya.

“Apanya?”

“Kenapa nanya gitu?”

“Gapapa.”

“Oke.”

-MY HOMO-

“Yeay, akhirnya sampe juga.”

“Bagus ya kak?”

“B aja.”

“Iyalah kakak kan udah sering kepantai, beda sama aku.”

“Gk juga, gue terakhir kali kepantai 1 tahun lalu.”

“Sama aja, pernah namanya.”
“Iya.” Khanza mengamati sekeliling, menatap indahnya alam, selama ini dia tidak pernah kepantai. Jangankan kepantai keluar desa saja hampir tidak pernah.

“Kak, foto yuk, pemandangannya bagusnih.”

“Nggak, lo aja sini gue fotoin.” Ia nampak berfikir.

“’Emm boleh deh.” Khanza mulai mengambil gaya posenya, senyumnya mengembang selalu. Setelah puas berfoto sendiri dengan beberapa  pose, dia menarik tangan Exal, mengajaknya selfi berdua, dengan paksaan yang amat konyol dari Khanza akhirnya Exal mau.

“Eh, kamu.” Panggil Khanza pada salah satu orang yang lewat.

“Aku?”

“Iya, kamu.”

“Ada apa?”

“Bisa tolong fotoin kita berdua?”

“Bisa.” Exal menatap Khanza tidak percaya.

“Ngapain nyuruh orang, kita tadi udah selfie banyak dodol.”

“Udah deh, kakak ikutin aja. Khanza menyerahkan Hpnya pada cewek itu.

“Kak, pose yang bagus, senyumnya jangan lupa.”

“Hm” mereka berpose, dengan Khanza yang antusia dan Exal yang ogah ogahan.

“Lagi kak,”

“Lagi.” Exal mengamati Khanza. Dalam hati dia membatin.’semudah ini bikin lo senyum?’ sudut bibirnya ikut melengkung.

“Kak, satu lagi deh. Yang ini terakhir. Kakak gendong aku ya? Nanti aku naik dipunggung kakak.” Khanza kira Exal akan menolak, tapi diluar dugaan, Exal mengangguk.

“Iya.” Mereka berpose selayaknya sepsang kekasih. Setelah selesai dengan acara foto dadakan itu, mereka melihat hasilnya, mengucapkan terimakasih lalu berjalan menyusuri pantai, menikmati keindahan pantai pandawa dipagi hari yang hampir siang ini.

“Semoga foto ini bisa jadi kenangan disaat kita sudah sukses nanti ya kak.”

“Iya,”

“Khanza gak tau apa yang belum bisa kakak ikhlasin, tapi semoga aja dengan adanya Khanza kakak bisa berubah ya.” Ucapnya tulus, jauh dari dasar hati.

Pandawa, semoga dari sini Khanza bisa tau semua tentang kak Exal ya.

Hayo siapa yang udah pernah ke Pandawa? Pandawa kan bagus ya kan?
Masa kata Exal B aja ih. Gak setuju ah hehe.

Makasih ya yang udah baca:)
Jangan lupa tinggalin jejaknya
Lewat Vote+commentnya.
Makasih, met lebaran semuaa

MH [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang