15

35 5 0
                                    

-MY HOMO-

“Jadi gimana?”

“Apanya?”

“Soal kemarennnn Nadieeeee.”

“Santuy napa elah. Baru juga duduk."

“Kelamaan die, gue udah gak sabar,” ujarnya memaksa. Nadie menghela napas.

“Kita ganti rencana lagi deh gimana? Mau?”

“Ganti apaan, katanya lo mau bantu gue,” ucap Khanza sedikit merajuk.

“Iya, yang kali ini yang sehat dan lebih masuk akal deh.”

“Lah? Lo kira yang sebelumnya nggak masuk akal?”

“Mungkin.”

-MY HOMO-

“Ayo dong  Za, gimana sih lo, tinggal pencet aja susah banget anjir” Nadie gregetan setengah mampus, pasalnya sudah 20 menit sejak mereka sampai dirumah Nadie, Khanza tak juga mengirim pesannya.
Padahal pesannya hanya berisi sapaan  ‘halo’.

“Gue gak berani, tengsinlah gue, gengsi!”

“Halah, gengsi apaan? Nurutin gengsi kita yang rugi!”

“Gue malu lah, dulu aja gue udah  nahan malu pake pura pura mubel, waktu ngakuin sebenernya gue itu gak pernah nyembuhin homo dan emang cuma ngaku ngaku aja, karna emang gak pernah bisa. Masa sekarang gue harus ngomong kalo gue suka sama dia? Idih ogah!”

“Kan ya siapa tau aja perasaan lo dibales, atau paling nggak ditanggepin, dan lo bisa tau kak Exal yang sebenernya.”

“Tapi nggak gitu juga Die! Ganti pokoknya! Gu gak mau!”

“Terserahdeh, gue udah buntu! Dibantuin malah ngeyel! Serah udah serah!” ujar Nadie pasrah.

Pintu diketuk, seorang pembantu yang sudah cukup tua datang, mengenakan daster, serta rambut yang mulai memutih ia kuncir kuda. Namanya bi Surti. ia pembantu dirumah ini. Bekerja juga sudah cukup lama kata Nadie, ia juga ramah terbukti dengan cara ia menyambut Khanza saat pertama kali Khanza berkunjung. Ditangannya terdapat nampan dengan dua gelas susu dan satu toples berisi kue.

“Ini non, susu manis dengan kue lapis. Dijamin nampol abisss!” ujarnya mengacungkan jempol sambil tersenyum.

“Iya bi, makasih ya.” Ujar Nadie. Bi Surti mengangguk.

“Kalau bergitu bibi kedapur dulu ya, atau ada yang bisa bibi bantu?” Ujar bi Surtii menawarkan diri. Nadie menggeleng, tapi berbeda dengan Khanza yang malah mengangguk.

“Non Khanza mau minta tolong apa?”tanya bi Surti.

“Kalo bibi penasaran sama seseorang bibi gimana?”

Bi Surti nampak berfikir, lalu menjawab “Ya bibi pasti nany a dong, atau mungkin cari tahu . tergantung orangnya juga sih.” Khanza mengangguk, Nadie hanya menyimak.

“Kalo orangnya itu gak akur sama kita, sering berantem, nggak dingin, tapi kadang cuek, gimana ya, susah juga ngedeks dia.” Khanza tampak mengingat inget bagaimana saja kebiasaan dan sifat Exal.

“Laki atau perempuan non?”

“Cowok bi. Mana cowoknya ganteng lagi.” Sahut Nadie dengan mata berbinar.

Bi Surti terkekeh.“Oalh, laki to, pantes. Inget tuan calon loh non." ujarnya mengingatkan.

" Pasti non Khanza suka iya to?” Nadie mengangguk, tapi Khanza menggeleng.

MH [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang