Pagi seperti biasa, meja makan yang semalam di isi oleh kedua orang tua ku kini kembali menjadi meja biasa. Tidak ada kehangatan keluarga di meja makan, dan pastinya tidak ada sarapan keluarga.
"Pagi Bun.." ucapku meyapa Bunda iyem yang sedang menyiapkan nasi goreng kesukaan ku.
"Pagi non, mau langsung sarapan?" tanya nya.
Aku tidak langsung mejawab, aku melihat tubuh renta bunda. Umurnya sekarang sudah memasuki kepala 5.
"Bunda iyem sehat terus ya, janga sakit." Bisikku sambil memeluknya.
"Iya non, bunda iyem akan terus sehat buat non Melodi." Senyuman terukir indah diwajahnya yang tak lagi semuda dulu.
"Oh iya bun, pak Yanto uda manasin mobil belum?" tanyaku.
"Uda non, mobil non juga uda di keluarin."
"Nice, yaudah bun, Melodi naik lagi ya, hp ketinggalan." Ucapku.
"jangan lupa sarapannya non."
"Sip."
**
"Jadi bagaimana untuk kesiapan semua berkasnya?"
"..."
"Bagus hari ini kamu sudah bisa pindah ke rumah utama keluarga Ananta, dan besok kamu akan satu sekolah dengan Melodi, ingat jaga dia baik-baik."
"..."
"Ok."
Ayah melodi memutuskan sambungan kepada orang yang dipercyainya mampu untuk menjaga melodi, dan bisa merubah sikapnya. Semoga saja.
**
"Halo, pak Yanto sekarang dimana?"
"Saya baru pulang mengantar non Melodi tuan." Jawab pak yanto
"Kalau begitu ke kantor saya sekarang, saya ada keperluan." Tegas tuan Ananta.
"Baik tuan." Pak yanto segera putar balik, walaupun hari ini dia mengantarkan Melodi berbeda mobil, tapi ini perintah tuan Ananta.
Tidak lama menunggu, pak yanto akhirnya sampai pada salah satu kantor cabang Gloria.
Pak Yanto memasuki ruangan kerja tuan Ananta dengan sangat hati-hati, takut jika mengganggu.
"Yanto, nanti sore saya pulang jam 3 dan pastikan Melodi sampai rumah jam 3 sore. Besok saya akan ke singapura selama beberapa hari, dan akan ada tamu istimewa, jam 3 nanti saya minta kamu langsung mejemputnya. Untuk alamat sudah saya share location. Dan jangan lupa untuk persiapkan kamarnya, tempatkan dekat dengan kamar melodi." Perintah tuan Ananta.
"Baik tuan." Jawab pak yanto.
"Sekarang kamu bisa kembali bertugas, awasi Melodi disekolah saat ini saya percaya padamu Yanto." Ucap Tuan Ananta, sambil menyatukan jari jari tangannya.
"Baik tuan. Saya permisi."
**
Hari ini disekolah seperti biasa tempat melodi pembuat onar jika tidak dikantin, di kamar mandi atau diruang musik sekolah.
"Hahahahah loe tau gak Tan hari ini gue punya mainan baru, pokonya loe harus bantuin gue." Ucapku sambil menarik tangan Intan ke ruang musik sekolah.
"Hari ini kan band sekolah kita latihan, dan ada cowok yang jelek tapi katanya ganteng gue pengen kerjain." Ucapku bersemangat.
"Awas kualat loe." Seru intan.
"Enggak lah kita usilnya yang wajar aja, kayak nyembunyiin stik drum, atau naro lilin menyala di bawah tempat duduk drummer, pokoknya gue pengen dia ngerasain daging bakar hahahaha."
"Sssstttt, ketawa jangan keras-keras ntar kedengeran." Ucap intan sambil mengisyaratkan untuk tetap sunyi.
"Hihihi. Belum juga mulai gue uda ngebayangin ekspresinya."setengah mati aku menahan agar tawa ku tak terdengar.
"Intan loe jaga pintu ya, habis itu nanti pas mereka uda masuk, loe rekam. Okey!" perintahku dan mulai melayangkan aksi usil dan ajaibku.
Aku menyalakan lilin yang sudah kupotong, meletakkan nya tepat dibawah kursi sang drummer.
"Pokoknya harus panas loe lilin, awas aja kalo gak." Ancamku.
Intan memberikan isyarat jika sebentar lagi akan datang anak anak untuk latihan.
"Semoga aja rasa panasnya cepet nyampe ke besi. Biar kena paha. Hahahah."
"Sssttt, Mel cepet..!!" intan memperingati.
"Okey,okey." Aku pun segera keluar dan mulai menikmati keisengan ku hari ini.
"Di videoin tan." bisikkumengingatkan.
"Sumpah gue baru pertama kali kayak gini, kalo masuk Bk gimana?" tanya nya khawatir.
"Percaya ama gue."
**
"Loe tau kan lagu yang Punya nya Tulus yang Adu Rayu, kita coba latihan pakai lagu itu kali ya.." ucap salah satu dari mereka.
"Boleh juga, yaudah yuk yuk." Seru mereka dan langsung masuk menuju ruang musik.
"Let's play the game." Ucapku santai.
"Emang loe yakin panas?" tanya intan memastikan.
"Yakin lah, orang lilinnya banyak apalagi dibawah gitu, hahaha daging bakar menjalar." jawabku menahan tawa agar tidak terdengar.
Target sudah menduduki jebakan, dan
"1,..2..3.." ucapku dan melihat kearah ruang musik. Sang drummer langsung merasakan sengatan magnet yang digosok pada daerah paha. "Hahahahahaha... mukanya njir ngakak banget hahahah." Tawaku meledak.
"Rekam yang bener tan, jangan goyang-goyang." Ucapku.
"Yeee gimana gak goyang lu dari tadi megang punngung gue ampe ketawa gitu." Protes intan.
"Woi siapa sih nih yang usil banget, sampe ketemu awas aja lu!" Teriak salah satu dari mereka.
"Gak takut, hhahaha." Ucapku ditempat persembunyiannku bersama intan.
**
"Yang tadi gila sih Mel, hahahah." tawa intan saat mengingat kembali kejadian diruang musik.
"Ketawa loe telat." Tegasku.
"Ya gimana ya gak tega gue. Lagian lu punya dendam terpendam ama tuh drummer?" tanya intan penasaran.
"Engak, gue cuman puas aja ngusuilin anak musik, kebetulan si drummer itu juga gak baik, jadi dia kalo cuman panas doang mah, masih kurang." Jawabku santai.
"Ckckck gila sih. Tapi tau gak gue takut banget kalo sampai cctv ruang musik nyala, muka loe keliatan jelas banget, kalo loe ke bk lagi gimana?" ucap intan khawatir.
"Intan intan Bk itu gue gak takut, Bk bagi gue kayak kamar mandi ama kelas tau gak, toh juga cctv ruang musik mati kali, jadi santai aja." Jawabku.
"Kok loe tau?" tanya nya penasaran.
"Melodi gitu loh hahahah." Ucapku percaya diri.
Heyooo guys up nih ya.. pemanasan dulu sebelum konflik dan semua rahasia terbongkar wkwkw
jangan lupa buat masukin Melodi ke perpustakaan kalian ya...
Aku maksa loh:)
Pokoknya jangan lupa klik bintang dan komen koment ya guys.....
sampai jumpa di Senin minggu depan:)
Klik Bintangnya jangan lupa!!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi
Teen FictionHubungan Melodi dengan kedua orang tua nya sama sekali bisa dikatakan tidak baik, orang tua yang sibuk bekerja, jarang dirumah, dan tidak ada kasih sayang yang di berikan untuk melodi sedari kecil. Sikapnya yang pemberontak, pemarah, pembuat onar me...