Seunggi

686 73 9
                                    

Bagi si kembar, memiliki Eunra dan Seungmin adalah sebuah berkah. Terutama bagi Kim Seunggi.

Selama ini tak banyak yang dapat menebak apa yang ada di pikirannya. Hasilnya selalu diluar perkiraan. Bahkan kembarannya sekalipun sulit mendeteksi suasana hatinya. Entah dia sedang merasa bahagia, atau sedang dilanda kebosanan.

Sama seperti ayahnya, muka Seunggi selalu terlihat kalem. Sebenarnya Seungjin juga begitu, namun sifat bobrok miliknya berhasil mengurangi kadar kalem pada mukanya. Kalau kata Seungjin, "Mau kalem ato nggak, yang penting ganteng."

Dan inilah kisah bagaimana Seunggi yang kalem untuk pertama kalinya mengambil tindakan atas apa yang ada di pikirannya.

•••

Hari ini, adalah hari dimana para siswa sibuk belajar untuk persiapan ujian nanti. Karena ini semester dua, maka ujian ini akan menjadi kesempatan kedua bagi siswa yang mendapat nilai kurang bagus pada semester sebelumnya.

"Kalian gak cape, belajar terus?" tanya Eunra yang baru saja habis dari dapur pada ketiga anaknya.

"Nggak bun, Gigi pengen nanti masuk kuliah lebih gampang nanti," jawab Seunggi yang tengah menandai materi penting dengan stabilo hasil colongan dari Jihyun.

"Padahal masuk kuliah masih lama loh, bang," ucap Eunseo sembari merangkun materi dan menghias setiap lembar rangkuman dengan brush pen dan juga foto-foto aktor Korea Selatan. Biar estetik katanya.

"Ya tapi usahain aja tahun sekarang nilainya lebih bagus. Daripada anjlok kan mampus."

Seketika sang ayah datang ke arah sumber percakapan. Yang pastinya dengan telur gulung bikinan istrinya tadi.

"Ambisius itu bagus. Tapi jangan berlebihan. Nanti kalian jadi kek bunda dulu tuh. Ayah pernah denger laporan dari Om Jeno kalau bunda kalian sampe gak makan saking asiknya belajar mati-matian demi kuliah di Korea," jelas Seungmin sambil mengunyah telor gulung dengan campuran bihun dan kornet. Memang tak diragukan lagi, skill memasak milik Eunra sudah berkembang pesat sejak dia menjadi bunda. Dulu sih sempat ada kejadian makanan gosong pas lagi coba resep baru.

"Terus ujiannya gimana bun? Beneran susah ya, sampe gak makan gitu?" tanya Seungjin yang lagi ngechat Youra buat minta rangkuman. Sebenarnya bukan sekedar ngechat biasa sih, tapi maksa.

"Gak susah-susah amat kok. Cuman, bunda gak nyadar aja kalo ada jawaban yang salah. Padahal bunda dah cek beberapa kali," jawab Eunra sambil mengingat soal-soal ujian dulu.

Yah, susah di sini kan tergantung menurut Eunra. Bisa aja sebenarnya soalnya itu susah banget, cuman otaknya Eunra aja yang terlalu encer.

•••

H

ari demi hari tak terasa telah terlewati. Dan ini adalah ujian kenaikan kelas. Setelah ini, kebebasan menanti para siswa. Berbeda dengan Seunggi. Dia malah memikirkan ada pelajaran apa saja di kelas 12 nanti.

Seunggi dari dulu memang begitu. Dia membuat prinsip dan standarnya sendiri. Namun, standar yang dia buat terlalu tinggi. Niat Seunggi memang baik, tapi bagaimana jika dia tidak memikirkan kondisi asli tubuhnya yang tengah mencoba memenuhi standar tinggi itu?

Bahkan Seunggi pernah pingsan saat belajar. Kebetulan, dia sedang dalam posisi duduk di depan meja belajarnya. Dan orang-orang kira kalau dia ketiduran.

"Byul, kenapa ya banyak orang yang bisa bawa santai gitu aja? Bahkan pas ada di bawah tekanan sekalipun," tanya Seunggi pada anggota PMR yang tengah membuatkan teh untuknya. Pas ujian hari ini selesai, Seunggi ngerasa pusing. Untung aja dia ketemu sama anaknya Om Jeno. Lee Eunbyul.

"Kalo menurut gue ya tergantung orangnya," jawab Eunbyul sembari memberikan cangkir berisi teh hangat ke Seunggi. Tak lama, Seunggi pun mulai menyeruput teh tersebut. Ternyata bener juga kata ayahnya. Kalo teh buatan anak PMR itu pasti beda.

"Kalo orangnya bisa segerin pikiran pas lagi tertekan ya bisa santai-santai aja," ucap Eunbyul.

Sembari sesekali menyeruput tehnya, Seunggi bertanya, "Kalo lo gimana, Byul? Gue yakin lo juga pasti pernah ngalamin ini. Gue pernah liat lo dituntut biar bisa menang lomba tandu darurat."

"Kalo gue sih paling nenangin diri sambil dengerin musik keras-keras. Ya begitulah. Lo tinggal cari cara yang buat lo nyaman aja."

"Gi, gue tau lo tertekan. Tapi jan sampe maksain diri lo," sambung Eunbyul.

"Kenapa? Lo khawatir sama gue? Kalo gitu bilang aja, gapapa. Gue ini emang idaman banyak orang," jawab Seunggi dengan percaya diri.

"Dih, ogah bat kalo sama lo (╬▔皿▔)╯"

Habis itu Seunggi langsung diusir dari UKS.

•••

"Bang Gigi belom pulang?" tanya Eunseo ke Seungjin.

"Gak tau tuh. Tadi katanya sih mau ketemu sama Eunbyul. Jadi ya gue disuruh duluan aja," jawab Seungjin yang lagi nonton miawaug.

"Loh, ini dah jam 5 sore loh bang."

"Eh?"

______________________________________

Haloo, maafkan author yang tiba-tiba ngilang ini :""

Tugas online banyak yang gak ngotak. Jadinya agak sibuk ehehe. Ohiya, btw ff ini udah mendekati epilog. Jadi stay tune aja yak.

Mau vote, mau nggak terserah aja deh. Kalo dapet vote syukur aja kalo nggak ya setidaknya kalian enjoy ceritanya. Kalo ada typo, komen aja ya.

Okesip, sampe ketemu di next episode :)

- Sekian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After | Kim SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang