Namaku, Jung y/n. Sejak kecil, aku bahkan sudah bisa menggambar sketsa dengan teknik pointilis. Banyak orang yang memanggilku dengan panggilan "Tangan Ajaib"
Kata mereka, tanganku terlalu ajaib untuk umurku yang masih 6 tahun dulu. Saat itu, aku dengan mudahnya menggambar seekor bebek dengan pewarnaan yang bukan main pada Microsoft Paint. Padahal saat itu aku hanya gabut dan kebetulan menemukan Microsoft Paint yang ada di komputer ayahku.
Hingga kini, dengan bantuan tangan ajaibku, aku bisa sukses menjadi pelukis. Bahkan, banyak sekali kurator yang memperebutkan hasil karyaku untuk dimasukkan dalam pameran pada galeri seni mereka.
Pada waktu itu, sedang terjadi hujan lebat dengan petir yang menyambar sesekali. Otakku seakan-akan memaksaku untuk melukis pada cuaca saat ini. Lalu akupun mencoba menggambar sketsa wajah pada kanvas.
Aku terkesiap ketika melihat hasil dari sketsa asalku. Seorang pria tirus dengan tatapan tajam dan freckles miliknya.
Siapa dia?
Apa dia hanyalah hasil dari imajinasi dan ulah tangan ajaibku? Bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali.
Bagaimana aku bisa menggambar seseorang yang bahkan aku tidak pernah melihatnya?
Aku tersadar dari lamunanku karena suara gemuruh yang benar-benar keras.
Aku menghela nafas sembari melihat kearah lukisan yang masih berupa sketsa dihadapanku. Sudahlah, mungkin aku terlalu stress. Untuk saat ini, aku tunda dulu lukisannya.
"Toh, cat minyaknya juga sudah mau habis" batinku
Aku tinggal sendirian di Bandung. Sedangkan orang tuaku tinggal di Depok. Aku pindah ke Bandung 4 tahun yang lalu karena diterima di ITB dan mengambil jurusan seni.
Sebenarnya, ada alasan lain mengapa aku pindah ke Bandung.
Anak Bandung banyak yang ganteng soalnya hehe (~ ̄▽ ̄)~
Setelah menyambar mantel dan payung, aku pun berjalan ke luar rumah. Mau apa lagi jika bukan untuk membeli cat minyak?
•••
Saat hujan begini, kepala Felix bukannya adem. Tapi malahan panas. Panas layaknya baterai handphone yang suatu saat bisa meledak.
Menjadi penulis lagu tak semudah yang dia bayangkan. Sekarang, Felix sedang berpikir keras untuk menghasilkan sebuah lirik yang indah.
"Heran, deh. Kok si Jisung bisa selesei dalam waktu kurang dari sejam sih?" gumam Felix kesal
Otaknya terasa kosong seperti hatinya.
"Heh, heh! Lo ngapain, bambaaaang?!" tanya Chenle ketika melihat Felix yang memakan pisang tanpa dikupas terlebih dahulu.
"Lo mau pohon pisang tumbuh didalem perut lo?!" omel Chenle saat mendekati meja Felix
"Hm? Ghenapha?" Felix tak menghiraukan dan sibuk mengunyah pisang yang tadi dia ambil dari keranjang buah dekat mejanya.
"Ya ampun!! Lee Felix! Lepehin gak?"
Telat, Felix sudah menelan pisang itu beserta dengan kulitnya. Chenle yang melihat itu mendaratkan telapak tangannya pada keningnya.
"Gue baca di internet katanya kulit pisang juga bernutrisi. Katanya juga bisa membantu memperbaiki suasana hati. Siapa tau otak gue lancar lagi" jelas Felix ketika melihat reaksi temannya itu.
"Iya, TAPI KALO MASIH ADA PESTISIDANYA GIMANA? MAU MATI LO?"
"Lah, IYA JUGA" ucap Felix panik
KAMU SEDANG MEMBACA
After | Kim Seungmin
Fanfic- Sekuel of Anak Basket - After marriage life Eunra ama Seungmin yang lebih kusut dari school life mereka - Nraesy Start [ 22.09.19 ]