Chapter 14 : Bicara (2)

101 8 0
                                    

Happy reading guyss~

Boleh diteken dulu vote nya gaiss hehe




































~~~

"Aku sayang kamu, Jae." Kataku dengan bahasa Indonesia.

Dia langsung menoleh tiba tiba ke arahku.

"Nado." (Aku juga)

~~~

"Jae?"

"Kenapa? Heran?"

Aku mengangguk pelan yang mungkin bisa saja dia tak melihatnya.

"Aku belajar dari fans ku beberapa bahasa. Salah satunya bahasa Indonesia yang sudah dikenal sama Dzen. Kalimat itu juga sering ku dengar."

Aku melihat ke arahnya lagi dengan tatapan tanda tanya.

"Artinya sama dengan 'saranghae' kan?"

Aku mengangguk lagi. "Tapi beda arti, Jae. Sayang itu gak harus memiliki."

"Kamu pikir cinta juga harus memiliki? Tidak kan?"

Aku menunduk, menghela napas berat. "Maaf sekali lagi, Jae. Mungkin ini memang salahku."

"Bukan. Ini salahku, An."

Aku tak sadar saat tangan Jaemin sudah menggenggam kedua tanganku. Aku tak protes karena ini terasa nyaman sekali.

"Aku yang salah, An. Aku memang menyuruhmu menunggu waktu itu, tanpa kepastian. Tapi aku tidak tahu kalau kamu benar benar menungguku." Katanya lagi.

Aku melihat raut wajahnya yang seakan memperlihatkan kesedihan. Aku juga tak tahu maksudnya apa.

Aku jadi merasa bodoh. Selama aku ditinggal Jaemin dan kembali ke kehidupan masing masing, aku selalu menunggu dia yang tak ada kepastian satu pun. Berharap suatu saat nanti Jaemin akan benar benar menemuiku lagi. Semua terjadi begitu saja saat aku merasa sudah muak karena hanya menunggu tanpa pasti. Lalu seseorang datang dan memberikan kenyamanan. Apakah aku bisa menolak? Sementara perasaanku pada Jaemin pun terasa seperti zombie. Hidup tapi juga mati.

"Aku teringat bagaimana aku diterpa rumor receh kencan dengan sahabatku sendiri. Aku memang menganggapnya sahabat, An. I'm serious right now. Tapi mereka seakan membuatku merasa terpojok."

Jaemin menatap lurus padaku. Aku melihat matanya yang sudah berkaca kaca itu.

"Dan aku sama sekali tidak mengingatmu. Bahkan semua kejadian itu. Aku juga tak ingat pernah tersesat. Maaf.." Ucapnya lirih.

"Lalu kau datang lagi. Semua serasa dejavu untukku. Seperti video yang terputar ulang terus menerus di kepalaku. Aku mengingatmu sekali lagi."

Dia menunduk, seperti berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Tapi kau datang tiba tiba dan membawa kejutan. Ini terasa sulit, An. Kenapa menikah? Kenapa harus menikah yang keluar dari mulutmu itu?"

Aku merasa sakit seketika. Aku juga menahan tangis sekarang melihat bagaimana sedihnya Jaemin sekarang di hadapanku.

"Aku mohon tunggu aku, An."

Air mataku lolos seketika. Aku berusaha melepas genggaman tangan itu dan menggelengkan kepalaku.

"Tak bisa. Aku tak bisa, Jae." Ucapku lirih.

"Aku... sudah menyiapkannya begitu lama. Tolong jangan buat aku memilih."

Aku mengusap air mataku, melihat langit gelap di hadapanku. Berusaha menahan air mataku yang sepertinya sulit untuk berhenti.

Aku mengambil undangan yang jatuh itu. Lalu menghela napas pelan. Aku tersenyum samar melihatnya.

"Tanggal pernikahanku dekat dengan tour boygroup mu ke Indonesia."

Aku memberikan undangan itu lagi padanya. Dia menerimanya.

"Sengaja memang. Karena aku tau, boygroup mu akan tour ke Asia selama beberapa bulan ke depan. Salah satunya Indonesia 3 bulan lagi. Aku... tak berharap kau datang. Tapi mungkin ini bisa jadi perpisahan buat kita."

"Apa kamu tidak bisa menungguku lebih lama, An? Ku mohon."

Aku menggeleng sekali lagi. "Kita jauh, Jae. Kamu susah untuk digapai oleh orang sepertiku."

"Ini sulit, An. Aku tak bisa begitu saja melepaskan semua itu."

"Jae... aku juga merasa sulit. Tapi ini mungkin sudah jalan hidupku. Sudah jalan hidup kita."

"Tapi.."

Aku menggeleng pelan. "Banyak wanita di luar sana yang pasti mencintai dan menyayangimu, Jae. Kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku."

"Tuhan lebih tau hidup kita digariskan sampai mana. Kalau kamu jodohku, bisa saja Tuhan mempersatukan kita. Tapi kalau kamu memang bukan jodohku, mungkin ini memang takdir Tuhan yang membuat kita belajar bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik lagi."

"Anin tolonglah.."

"Jae,.... Setidaknya... kita bisa jadi sahabat kan? Bila kita tak berjodoh, bukan berarti Tuhan bisa memisahkan kita begitu saja." Aku tersenyum samar.

Aku juga melihat bagaimana Jaemin sudah mengusap air matanya dan berusaha tersenyum di depanku.

"Maaf. Aku... akan berusaha mencobanya."

Diam. Tak ada yang memulai pembicaraan lagi.

"Bolehkah aku memelukmu untuk mungkin terakhir kalinya sebelum kau menikah nanti?" Aku tersenyum lega serta mengangguk.

Jaemin memelukku cukup erat. "Terima kasih untuk semuanya, An. Aku sayang banget sama kamu. Dan sekarang sepertinya hanya sebagai sahabat."

Aku terkikik kecil. "Aku juga terima kasih banyak, Jae. For everything. Aku jadi belajar bagaimana menunggu dengan sabar. Walaupun akhirnya aku tak menunggu hehe.."

"Kamu nya mau mau aja sih nungguin aku hehe.."

Kali ini aku cukup lega dengan keputusanku untuk melepas dia bahagia dengan yang lain. Kisah ini memang tidak rumit, tapi cukup menguras hati untukku. Setidaknya cukup sebagai sahabat seorang Idol terkenal, aku sangat senang kok.

Kenangan 2 malam itu, walaupun hanya sekedar jalan jalan dan tak sengaja bertemu, rasanya sangat amat membekas di hati. Tapi tak terasa waktu itu aku benar benar menyukainya. Sampai akhirnya kita hanya menjadi sahabat. Kadang hidup memang selucu itu.

Bagaimana dengan pernikahanku nanti ya?


~~~

Holaa amigooo!!
Gaisss maaaff banget aku baru bisa update malem minggu gini hehe,,, maklum gais, aku masih sekolah dan tugas udh mulai numpuk banyak,,

Tadinya aku mau update di hari spesial nya Jaemin kemaren, cuman aku masih dalam keadaan sibuk... So, baru bisa update skrg..

Maaf ya gaiss sekali lagii🙏🙏

Happy Belated Birthday to Na Jaemin,, si boyfriend nya para sijeunii yuhuu..🎉🎉 13'08'00

And then,,
Happy Belated Birthday to Seventeen's Leader Choi Seungcheol aka S.Coups 🎉 08'08'95

Vote + Comments pleasee..

15'08'20

Trapped with Idol • Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang