6. ANCAMAN

320 115 95
                                    

Hai guys, ketemu lagi nih sama Langit.

Maaf karena cerita ini banyak yang masih gantung:(

Tenang ntar juga bakal kejawab semua kok.

Selamat membaca ya!!

Happy Reading!!!

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua siswa-siswi berhamburan keluar gerbang.

Langit, Aldan, Dirga, Ravin, Adeni dan Bayu memutuskan untuk nongkrong di WDPB.
"Gak nyangka gue, ulangan Bu Ista dapat 90, padahal cuma belajar dikit," ujar Ravin melihat selembar kertas dengan nilai 90.

"Ngaku aja Vin, lo nyontek Dirga kan?" tuduh Adeni.

"Mana ada, tanya tuh Dirga. Gue cuma tanya tiga soal aja gak banyak. Emangnya elo yang nyontek kanan, kiri," balas Ravin.

"Lo dapat nilai berapa, Lang?" Bayu penasaran, kali ini Langit bukan sekedar lupa tapi ia juga tak menyentuh buku kimia sama sekali. Apakah nilainya masih sempurna?

"Heran gue, padahal tadi gue jawab asal, nih lihat sendiri," Langit menyodorkan kertas ulanganya pada Bayu.

Niali 100, nilai tertinggi. Selalu saja begini, bagiamana teman-temannya tidak insecure, Langit tidak belajar bisa mendapatkan nilai sebagus itu.

"Anjir! Jawab asal aja dapat segini gimana kalau lo serius jawab, Lang?" heran Adeni.

Aldan melihat nilai Langit, semacam tak terima bergitu saja, "Kok bisa sih Lang? Perasaan jawaban lo sama deh kaya gue, orang tadi lo minta contek gue. Gue dapat 87 kenapa bisa lo dapat 100? Nyogok Bu Ista 'kan lo?"

"Ngasal lo kalau ngomong," sahut Langit.

"Biasanya yang kasih contekan nilainya malah jelek dari yang dikasih contekan, makanya jangan mau ngasih jawaban ke orang lain gak ada untungnya buat lo," ucap Dirga."Jadi gak ke WDPB? Kalau gak gue mau balik," sambung laki-laki itu.

"Jadi lah, pusing gue mikir nilai, lain kali gue gak mau Lang ngasih jawaban ke elu kalau malah nilai gue yang jelek," gerutu Aldan.

"Kalau lo mau, ganti aja nih nama gue jadi nama lo, udah mending kaga remidial," balas Langit lalu keluar kelas.

*****
Sesampainya di WDPB mereka melihat stok makanan mulai berkurang mungkin Bucan belum belanja makanan yang sudah habis.

"Tumben nih warung Bucan kaya habis dirampok, ludes semua makanannya," ucap Ravin.

"Ini kalian mau nongkrong? Bucan sebenarnya mau ke pasar beli stok di warung, kalian makan seadanya dulu ya kalau lapar," ujar Bucan.

"Iya Bucan, kita nongkrong lama juga gak santai-santai, kalau Bucan mau belanja tinggal aja gpp, WDPB aman sama kita," balas Aldan.

"Ya udah Bucan pergi dulu titip WDPB," pamit Bucan lalu pergi dengan keponakannya menggunakan sepeda motor.

"Pada laper kaga?" tanya Bayu.

"Laper, tapi lihat noh tinggal roti doang mana kenyang," ujar Ravin.

"Keluar sana, cari makanan," ucap Langit meletakkan 10 lembar uang berwarna merah.

Aldan menggelengkan kepalanya, "Uang saku lo sehari berapa sih, Lang?"

"Ga gue hitung."

"Dompet lo gue rasa gak ada uang warna hijau, atau ungu bahkan uang koin, merah semua, Lang," kata Adeni.

"Bukan duit gue, duit bokap," balas Langit.

"Angkat aku jadi adikmu, Lang! Rela gue dah, rela," rayu Bayu.

Langit Sebastian BratadirkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang