7. HUKUMAN DAN PERTEMUAN PERTAMA

302 103 95
                                    

Hai guys, Langit balik lagi nih :-)

Langsung baca, komen dan vote ya. ❤️

Udah follow akun aku belum? Kalau belum di follow ya biar tau kalau Langit udah up ❤️

Tombol bintangnya jagan lupa :^)

Happy Reading!!!

Hari ini hari Selasa. Entah karena hal apa semua siswa-siswi SMA Meteor dikumpulkan di lapangan.

Bu Renata memberikan berdiri ditengah mimbar, tiba-tiba Bu Renata meminta agar Pak Broto membawa Langit, Aldan dan Dirga maju ke depan.

Mereka bertiga terlibat penyerangan di area SMA Angkasa. Pihak SMA Angkasa melaporkan hal ini pada sekolah, untuk menegur muridnya

"Langit, Aldan dan Dirga, jawab pertanyaan ibu dengan jujur," kata Bu Renata menatap siswa siswa pembuat onar terbanyak di SMA Meteor.

"Apa kemarin kalian menyerang siswa SMA Angkasa?" tanya Bu Renata.

"Iya Bu," jawab mereka kompak.

"Kenapa kalian menyerang mereka? Kalian itu masih berseragam SMA Meteor itu artinya kalian masih tanggung jawab pihak sekolah!" ucap Bu Renata.

"Mereka duluan yang menyerang Ravin dan Bayu, Bu. Kami hanya memberi sedikit pelajaran," jawab Aldan.

"Kamu tau orang yang kamu pukul masuk rumah sakit dan orang tuanya menuntut keadilan," tegas Bu Renata.

"Masih mending masuk rumah sakit daripada masuk neraka," jawab Langit dengan santainya.

"LANGIT!" tegur Pak Broto.

"Kalian sudah dewasa harusnya tau mana yang benar mana yang tidak, jangan tawuran terus. Apa kalian gak capek ibu hukum?" Bu Renata rasanya ingin menyerah menghadapi Langit dan teman-teman ini.

Dari arah lain, Ravin, Adeni dan Bayu ikut maju ke depan. Mereka tak akan tega melihat ketiga temannya dihukum tanpa mereka.

"Ini lagi kenapa kalian ikut maju? Apa kalian mau ibu hukum juga?" tanya Bu Renata.

"Kami setia kawan Bu, kalau Langit, Aldan dan Dirga dihukum kami juga harus di hukum," ujar Ravin.

"Itu lagi kenapa wajah kamu Ravin? Kenapa tangan kamu, Bayu?" Bu Renata sedikit kaget melihat muka Ravin yang banyak luka dan tangan kiri Bayu yang di balut dengan gips.

"Ya karena diserang Askar dan teman-temannya lah Bu," jawab Bayu.

"Jadi apa hukuman kami Bu Renata? Ini sudah mulai naik panasnya, kasihan teman-teman yang tidak bersalah disuruh ikut berdiri seperti itu," ucap Adeni.

"Baru kali ini saya lihat murid yang bergitu semangat mendapatkan hukuman," heran Pak Broto.

"Saya sudah cukup lelah memberikan hukuman pada kalian. Anak-anak ibu ingin kalian memilih hukuman apa yang tepat untuk keenam siswa di depan. Skors atau lari memutari lapangan ini?" Bu Renata meminta saran dari semua siswa.

"Lari aja Bu, terus kita semua jadi saksi mereka dihukum, kalau mereka masih mengulangi kesalahannya, mereka harus di skors," ucap salah satu siswa barisan kelas XII.

"Bilang aja mbak, mau lihat Langit berkeringat 'kan?" celetuk Ravin.

"Cari kesempatan dalam kesempatan tuh kakak kelas," sahut Aldan.

"Baiklah anak-anak kalian boleh membubarkan diri dan cari tempat teduh, lihat semua anak-anak yang ada di depan ini, jadikan ini sebagai pelajaran jangan kalian contoh perbuatan yang mereka lakukan," ucap Bu Renata.

Langit Sebastian BratadirkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang