Part 12: Kejujuran hati

1.8K 208 1
                                    

Jaden memaksa Aldea untuk berbicara. Gadis itu selalu saja menolaknya dengan bermacam alasan. Mereka berada dibawah bohon besar yang pernah menjadi tempat sembunyi Jaden, Lubis dan Deeva.

Aldea menunjukan raut wajah tak bersahabat. Biasanya gadis itu selalu menunjukan ekspresi ramah.

Aldea menginap beberapa hari bersama Stella. Dengan alasan ingin membuat kenangan sebelum pergi pulang. Sedangkan Stella mengawasi kakaknya yang dia takutkan akan melakukan hal gila. Mengenal watak sang kakak membuat Stella harus ekstra siaga dengan tingkah lain diwajah lain dihati kakaknya itu.

Dan sekarang Stella sedang tak mengawasi kakaknya karena menemani Seena minum teh. Ratu cantik itu berniat menjodohkan Stella dengan Jaden, tanpa diketahui putra keduanya.

"Tak bisakah kau melupakan kak Felix Dea?" Tanya Jaden lelah dengan pengharapan gadis itu, padahal kakaknya sudah menikah.

"Apa maksudmu?" Tanya ketus Aldea melipatkan kedua tangannya.

"Jangan pura pura tak tau," geram Jaden. Kesabarannya menipis menghadapi tingkah gadis yang dicintainya itu.

Jaden tau Aldea merencanakan hal gila. Peri pemantau Jaden selalu melaporkan semua rencana gadis itu. Bahkan Jaden tau bahwa Aldea adalah dalang dibalik penyerangan kakak iparnya beberapa hari yang lalu. Gadis ini licik.

Dia mencintai Aldea tapi untuk kali ini dia tidak akan buta lagi dengan rencana buruk Aldea. Bisa lebih banyak korban lagi akibat sikap brutal gadis ini. Namun sayang wajahnya selalu dapat menipu orang lain.

Aldea tak terima kekalahan, dan apa yang dia inginkan akan menjadi miliknya. Sikap yang Jaden benci pada diri gadis itu.

"Kau tak mengerti. Jadi tak perlu ikut campur," dengus Aldea mengelihkan pandangannya dari Jaden.

"Aku tidak buta untuk melihat kepalsuanmu Dea. Berhentilah! Sebelum aku yang membongkar semuanya," Ancam Jaden membuat Aldea mendesis.

"Aku tak mengusikmu karena aku menyayangimu Jaden. Tapi kau malah seperti ini?" Jaden bungkam emndengar penuturan Aldea, "Hah.. ternyata gadis itu juga sudah menyihirmu," ucap Aldea dramatis.

"Ini bukan tentang dia, tapi dirimu. Kapan kau mengerti, kakakku tak mencintaimu Dea," jelas Jaden berusaha tenang.

Aldea memandang sinis, "Aku mencintainya," yakinnya.

Jaden menggeleng sedih, "Itu hanya obsesimu Dea. Jika kau mencintainya ikhlaskan dia. Kau hanya akan tersiksa dengan sikapmu yang seperti ini," Jaden memegang bahu gadis itu erat.

Aldea menepisnya marah, "INI BUKAN URUSANMU. BERHENTILAH IKUT CAMPUR," untung tempat itu jarang didatangi orang lain. Jadi suara teriakan Aldea tak akan mengusik orang yang mendengarnya.

Aldea membalikan badannya melangkah pergi. Namun langkahnya tertahan dengan cekalan Jaden yang memegannya erat tangannya. Jaden menatap Aldea datar, sorot mata dingin menembus netra Aldea.

"Aku hanya tak ingin kau terluka ataupun orang lain," Jaden berusaha menyampaikan perasaannya lewat tatapan.

"Kalau kau tak ingin aku terluka. Maka diamlah dan jangan bertingkah. Ini caraku mencari kebahagiaanku Jaden," ucap Aldea dengan sorot mata menggebu.

Jaden terkekeh sinis, matanya menatap Aldea tajam, "Dengan menghancurkan kebahagiaan orang lain".

Mata Aldea membulat, "Aku hanya mengambil apa yang seharusnya jadi milikku. SUDAHKU KATAKAN ITU BUKAN URUSANMU".

Aldea menepis tangan Jaden kasar, membuat cekalannya terlepas. Dia melangkah cepat memjauhi Jaden.

"Itu urusanku, KARENA AKU MENCINTAIMU".

Crown Prince's Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang